Cemas dengan Gangguan Kecemasan Remaja, Mahasiswa UM Buat Inovasi Kelas Dunia

Cemas dengan  Gangguan Kecemasan Remaja, Mahasiswa UM Buat Inovasi Kelas Dunia

--

LOWOKWARU, DISWAY MALANG.COM--Inilah mahasiswa seharusnya. Inilah yang bisa disebut mboys looop alias keren sekali. Yakni, yang dilakukan oleh tujuh mahasiwa Universitas Negeri Malang (UM) dari Program Studi Teknik Informatika. Ketujuh mahasiswa tersebut, yakni Azarya Aditya Krisna Moeljono (juga ketua tim),  Alvalen Shafelbilyunazra, Victory Kuriakos Abednego, Dhea Fanny Putri Syarifa , Levina Lintang Pramita, Adinda Dinia Alexandra, dan Enanto Harun Satrio, baru saja dinobatkan sebagai pemenang di ajang Indonesian Invention and Innovation Promotion Association (INNOPA) di Hotel Aston, Bali. Hasil penelitian tim tersebut, dinyatakan sebagai yang terbaik untuk katagori World Invention Technology Expo (WINTEX). 

Dalam ajang tahunan tersebut, Azarya dan kawan=kawan mengajukan sebuah inovasi yang diberi nama AnxiEase. Yaitu, berupa platform  situs web untuk mencegah gangguan kecemasan pada remaja dengan berbagai fitur yang menarik.  Inovasi dari tim yang dibimbing  Prof. Dr. Ir. Syaad Patmanthara, M.Pd itu  berhasil memukau para juri dari luar negeri,  dan membawa pulang Special Award, Gold Medal, dan Incubation Opportunity. Mereka sekaligus membuktikan, bahwa karya putra-putri Indonesia bisa mengungguli inovasi-inovasi lain yang diajukan peserta dari berbagai negara. 

Lalu, apa yang melatarbelakangi mereka mengusung soal kecemasan para remaja sebagai tema penelitia mereka untuk menghasilkan inovasi AnxiEase itu? Azarya, yang berbicara mewakili teman-temannya mengatakan, ide pengembangan AnxiEase bermula dari keprihatinan tim terhadap meningkatnya kasus gangguan kecemasan pada remaja. Salah satu anggota tim sendiri pernah mengalami kecemasan, sehingga mereka terdorong untuk menciptakan solusi yang dapat membantu remaja lainnya.

“Berdasarkan data WHO, satu dari tujuh remaja mengalami gangguan kecemasan. Kami melihat potensi besar untuk mengembangkan sebuah platform yang dapat membantu mereka mengatasi masalah ini,” kata Azarya. Data WHO yang dimaksud antara lain hasil Global Student Health Survey, yang digunakan sebagai referensi.

Begitu sepakat dengan tema penelitian, Tim AnxiEase mulai melakukan langkah-langkah penelitian. Mereka bekerjasama dengan SMKN 10 Malang, dengan menjadikan para siswa  SMKN 10 Malang sebagai obyek penelitian. Lama penelitian sekitar dua bulan, hingga terwujudnya platform AnxiEase.

Azarya menjelaskan, AnxiEase dilengkapi dengan berbagai fitur unggulan. Antara lain Daily Mood, Fitur ini mendeteksi bagaimana perubahaan emosi mereka setiap hari.

Yang menarik, AnxiEase bisa memberikan saran dan dukungan yang disesuaikan dengan kondisi emosi pengguna. Juga dilengkapi dengan materi pendidikan,kuis kesehatan mental, dan fitur chatbotuntuk tanya jawab. Pengguna dapat berinteraksi dengan untuk mendapatkan informasi dan konsultasi terkait kesehatan mental. Selain itu, jgua ada fitur micro counselling yang bisa membantu pengguna untuk menjadwalkan konsultasi dengan pakar melalui platform ini. "Fitur micro counselling ini wujud kerjasama dengan dosen bimbingan konseling yang ada di kampus," jelasya .

Dalam pengembangan Anxi Ease ini, Azarya mengaku tidak mudah. TIm menghadapi tantangan, terutama dalam pengembangan fitur deteksi emosi dan generative AI. Namun, dengan memanfaatkan API dari Gemini AI, tim berhasil mengatasi tantangan tersebut.

Namun, tim juga merasakan pengalaman menarik. “Pengalaman menarik saat bertanding yakni kami menemukan banyak kompetitor dari berbagai negara dengan inovasi mereka dan kita bisa satu kompetisi dengan mereka,” papar Adinda, salah satu anggota tim. (*)


Keberhasilan AnxiEase meraih tiga penghargaan bergengsi merupakan bukti bahwa inovasi anak bangsa mampu bersaing di tingkat internasional. Tim berharap AnxiEase dapat memberikan manfaat yang besar bagi remaja yang mengalami gangguan kecemasan.


Sumber: