Raih Prestasi di World Food Forum, Mahasiswa UB Malang Didanai Gerakan Global Meatless Monday
Gusti Ayu, saat mempresentasikan inovasi pangan berbasis mangrove di ajang World Food Forum 2024 di Roma, Italia, pada 15 Oktober 2024--prasetya.ub.ac.id
LOWOKWARU, DISWAYMALANG.ID— Usai mendapatkan penghargaan riset terbaik dari Food and Agriculture Organization (FAO), tim mahasiswa Departemen Ilmu Pangan dan Bioteknologi, Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya (FTP UB) kebanjiran tawaran kerja sama.
“Respons terhadap inovasi kami sangat positif. Beberapa organisasi lokal maupun internasional menunjukkan minat untuk bekerja sama dalam penelitian lebih lanjut dan implementasi proyek ini,” ungkap Gusti Ayu Made Devta Swijayanti, salah satu anggota tim.
Kolaborasi yang sudah berjalan adalah dengan Meatless Monday, sebuah gerakan global yang mengajak masyarakat untuk mengurangi konsumsi daging setiap hari Senin sebagai langkah mendukung kesehatan, kelestarian lingkungan, dan pengurangan emisi karbon. Meatless Monday bahkan memberikan pendanaan sebesar $10.000. Gerakan global yang berbasis di New York ini, juga dikenal sebagai salah satu investor utama dalam proyek-proyek yang mendukung keberlanjutan dan inovasi di berbagai bidang.
Pada 15 Oktober lalu, Gusti Ayu Made Devta Swijayanti bersama dua rekannya Annisa Aurora Kartika dan Pradipta Widyo Nugroho dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) berhasil meraih penghargaan bergengsi Winner Plant-based Food Prize Transformative Research Challenge dalam ajang World Food Forum 2024 yang diadakan oleh Food and Agriculture Organization (FAO) di Roma, Italia.
Kemenangan itu berkat penelitian mereka berjudul Mangrove Fruit Optimization for Sustainable Plant-Based Emergency Food Bars, yaitu food bar berbahan dasar buah Mangrove. Makanan siap santap berbentuk batangan ini menurut mereka akan cocok digunakan dalam kondisi-kondisi darurat seperti bencana alam.
Gusti Ayu Made Devta bersama Martijn Sonnevelt, seorang juri sekaligus Executive Director of World Food System Center di ETH Zurich -Istimewa-
Awal Mula Inovasi
Inovasi buah mangrove sebagai pangan darurat berawal dari kepedulian tim UB terhadap kondisi ekosistem mangrove yang ada di Indonesia. Sebagai negara dengan garis pantai terpanjang di dunia, Indonesia memiliki ekosistem mangrove yang melimpah. Selain berfungsi sebagai pelindung alami dari gelombang laut, ekosistem mangrove seharusnya juga bisa dimanfaatkan untuk mendukung perekonomian masyarakat pesisir.
Di sisi lain, Indonesia kerap dilanda bencana alam. Data dari Emergency Events Database (EM-DAT) menunjukkan bahwa sepanjang tahun 2023 saja terjadi 399 bencana alam yang mengakibatkan hilangnya 86.473 jiwa dan memengaruhi kehidupan lebih dari 93,1 juta orang. Situasi ini menuntut adanya solusi inovatif untuk mendukung ketahanan pangan di tengah kondisi darurat.
Buah mangrove, yang selama ini kurang dimanfaatkan, menjadi inspirasi tim UB untuk menggali potensinya lebih dalam. Jenis mangrove yang digunakan sendiri adalah perpaduan dari mangrove jenis lindur/tancang, nipah, api-api, dan pidada, yang memiliki kandungan nutrisi tinggi, khususnya vitamin C, dan mampu tumbuh di lahan yang sangat terbatas. Hal ini menjadikannya sumber daya alam yang ideal untuk dikembangkan sebagai pangan darurat.
Melalui penelitian awal, tim UB menemukan bahwa buah mangrove memiliki keunggulan luar biasa, termasuk kandungan antioksidan dan zinc yang tinggi. Keunggulan ini membuatnya layak dikembangkan sebagai emergency fruit, solusi pangan darurat dengan manfaat gizi yang optimal. Formula produk ini juga akan terus disempurnakan agar mampu memenuhi kebutuhan masyarakat dan pasar di masa mendatang.
”Kami percaya bahwa pemanfaatan sumber daya lokal seperti mangrove tidak hanya menawarkan solusi berkelanjutan, tetapi juga memberdayakan masyarakat pesisir dalam menghadapi tantangan pangan di masa krisis,” ujar Annisa Aurora Kartika, salah satu anggota tim UB saat diwawancara oleh Disway Malang.
Perkembangan Penelitian
Sumber: prasetya.ub.ac.id