Kurangi Sampah Plastik dan Sisa Makanan: Ini 9 Prinsip Ramadan Ramah Lingkungan
-pinterest - abdho graphics-
MALANG, DISWAYMALANG.ID -- Selama bulan Ramadan, umat Muslim di seluruh dunia tidak hanya meningkatkan ibadah, tetapi juga mengubah pola konsumsi mereka, mulai dari pola makan hingga penggunaan energi.
Peningkatan aktivitas selama Ramadan berpotensi berdampak pada lingkungan jika tidak dikelola dengan baik, terutama dalam hal limbah makanan, penggunaan plastik sekali pakai, dan konsumsi energi. Oleh karena itu, penting untuk menerapkan kebiasaan yang lebih ramah lingkungan agar Ramadan tetap penuh berkah tanpa merusak alam.
Dengan menerapkan prinsip keberlanjutan dalam menjalani puasa, umat Muslim dapat mengurangi jejak karbon mereka dan menjaga keseimbangan ekosistem!
Berikut adalah sembilan cara untuk membuat Ramadan lebih ramah lingkungan, mulai dari pengelolaan sampah hingga efisiensi energi.
1. Mengelola Porsi Makan untuk Mengurangi Limbah Makanan
Selama Ramadan, pola makan berubah drastis, dengan dua waktu utama untuk makan: sahur dan berbuka. Jangan menyajikan makanan berlebihan saat berbuka karena merasa sangat lapar setelah seharian berpuasa. Karena dapat berakibat, banyak makanan yang terbuang karena tidak habis dikonsumsi. Menurut data dari FAO (Food and Agriculture Organization) limbah makanan global meningkat tajam 15% selama Ramadan di banyak negara, yang di dominasi oleh negara Timur Tengah dan Asia.
Untuk mengatasi masalah ini, penting untuk mulai menerapkan konsep "makan secukupnya." Ambil porsi makanan yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, bukan sekadar memuaskan rasa lapar mata. Selain itu, menyimpan dan mengolah kembali makanan sisa menjadi hidangan baru dapat membantu mengurangi limbah makanan. Misalnya, sisa nasi bisa diolah menjadi bubur atau nasi goreng untuk sahur, sementara sisa sayur bisa diolah menjadi sup atau tumisan baru!
2. Mengurangi Penggunaan Plastik Sekali Pakai di Pasar Ramadan dan Berbuka Bersama
Pasar Ramadan seperti pasar takjil dan acara buka bersama adalah tradisi yang banyak dinantikan selama bulan suci. Namun, di balik keseruannya, kedua aktivitas ini dapat menghasilkan sampah plastik dalam jumlah besar. Kantong plastik, wadah styrofoam, sedotan plastik, dan botol air sekali pakai dapat menyebabkan pencemaran lingkungan.
Untuk menghindari dampak buruk ini, umat Islam bisa mulai beralih ke alternatif yang lebih ramah lingkungan. Membawa wadah makanan dan botol minum sendiri saat membeli takjil atau menghadiri acara berbuka bersama bisa menjadi langkah kecil yang berdampak besar atau bagi pelaku usaha, bisa menyediakan opsi isi ulang bagi pelanggan yang membawa wadah sendiri!
3. Memanfaatkan Sumber Makanan Lokal dan Musiman Dibandingkan Makanan Impor
Memilih makanan lokal dan musiman untuk berbuka atau sahur bisa menjadi solusi yang lebih berkelanjutan. Sayuran dan buah-buahan dan makanan yang tumbuh di daerah setempat tidak hanya lebih segar dan bernutrisi, tetapi juga lebih ramah lingkungan karena tidak memerlukan perjalanan jauh daripada harus menggunakan produk makanan luar atau impor. Misalnya, di Indonesia, pisang, pepaya, dan kelapa bisa menjadi pengganti yang baik untuk buah impor sebagai menu takjil.
4. Menghemat Air Saat Berwudhu dan Memasak
Ramadan bukan hanya tentang menahan lapar dan haus, tetapi juga momen untuk lebih sadar terhadap penggunaan sumber daya, termasuk air. Pemborosan air dapat terjadi saat wudhu dengan membiarkan kran mengalir terus-menerus atau saat mencuci bahan makanan dalam jumlah besar.
Salah satu langkah sederhana untuk menghemat air adalah dengan menggunakan air secukupnya saat berwudhu, misalnya dengan menutup keran saat tidak diperlukan. Selain itu, menggunakan teknik mencuci bahan makanan yang lebih efisien, seperti merendam sayuran dalam baskom daripada mencucinya di bawah air mengalir, dapat membantu menghemat konsumsi air harian.
5. Mengurangi Penggunaan Listrik dengan Pola Konsumsi yang Efisien
Saat melakukan ibadah Tarawih dan sahur dengan lampu yang menyala lebih lama, penggunaan AC atau kipas angin yang meningkat untuk membantu menahan dahaga serta penggunaan perangkat elektronik seperti televisi dan ponsel selama menunggu berbuka juga berkontribusi pada lonjakan konsumsi energi.
Untuk mengurangi dampaknya, langkah kecil seperti menggunakan lampu LED hemat energi, mematikan peralatan listrik yang tidak digunakan, serta memanfaatkan cahaya alami di pagi dan siang hari bisa membantu mengurangi konsumsi listrik. Selain itu, membatasi penggunaan perangkat elektronik selama Ramadan juga bisa menjadi cara untuk lebih fokus pada ibadah dan refleksi spiritual, sekaligus membantu menghemat energi.
6. Mengurangi Polusi dengan Transportasi Ramah Lingkungan
Aktivitas Ramadan, terutama menjelang berbuka puasa ketika banyak orang bergegas pulang atau menghadiri acara buka bersama dapat menyebabkan polusi udara akibat kendaraan bermotor meningkat, terutama di kota-kota besar.
Sumber:
