Investigasi BGN: Senyawa Nitrit, Biang Kerok Keracunan Massal Siswa di Bandung Barat
Keracunan massal MBG di Bandung Bara .-Jabar Eskpres---disway news network
JAKARTA, DISWAYMALANG.ID - Badan Gizi Nasional (BGN) akhirnya mengungkap temuan kunci dari kasus keracunan massal yang menimpa 1.315 siswa penerima program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kabupaten Bandung Barat.
Hasil investigasi Tim Independen BGN menyimpulkan bahwa pemicu utama gejala keracunan tersebut adalah keberadaan senyawa nitrit dengan kadar tinggi, dan secara terpisah, Kepala BGN kembali menegaskan bahwa kematian seorang siswa di wilayah tersebut tidak berkaitan dengan program MBG.
Ketua Tim Investigasi Independen BGN Dra Karimah Muhammad Apt menyatakan, senyawa nitrit menjadi biang keladi di balik gejala yang dialami ribuan siswa. Investigasi mendalam BGN menemukan kadar nitrit yang sangat tinggi pada sampel sisa makanan yang dikonsumsi, khususnya pada menu melon dan lotek yang disajikan oleh Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) setempat.
Nitrit Ditemukan Jauh di Atas Batas Aman
Dalam temuannya, Tim BGN mencatat kadar nitrit pada sampel mencapai 3,91 mg/L dan 3,54 mg/L. Angka ini dinilai jauh melampaui batas aman yang ditetapkan oleh US Environmental Protection Agency (EPA), yaitu 1 mg/L untuk air minum.
Menariknya, gejala keracunan yang mendominasi adalah pusing (dialami 29 persen korban), lemas, serta sesak napas, yang merupakan dampak dari terganggunya kemampuan hemoglobin dalam membawa oksigen akibat keracunan nitrit.
Hanya 3 persen korban yang mengalami diare, sebuah gejala yang biasanya dominan dalam kasus keracunan makanan pada umumnya.
"Kami berkesimpulan, senyawa nitrit menjadi penyebabnya. Keracunan nitrit memiliki pola gejala yang berbeda, di mana zat ini diproses di hati dan tidak selalu memicu diare, yang sempat membuat dokter di lapangan heran," katanya dikutip Jumat, 3 Oktober 2025.
Tak Ditemukan Bakteri Berbahaya
Pihak BGN juga menegaskan bahwa mereka tidak menemukan adanya bakteri berbahaya seperti E. coli, Staphylococcus aureus, atau Bacillus cereus pada sampel yang diuji secara signifikan, memperkuat kesimpulan bahwa nitrit adalah pemicu utama keracunan massal ini.
Kepala BGN: Kematian Siswa Tidak Terkait MBG
Di tengah hebohnya kasus keracunan massal, sorotan juga tertuju pada meninggalnya seorang siswi SMKN 1 Cihampelas, Kabupaten Bandung Barat, yang sempat dikaitkan dengan program MBG.
Terkait hal ini, Kepala BGN Dadan Hindayana kembali memastikan bahwa kematian siswi berinisial BR tersebut tidak terkait dengan konsumsi MBG. Otoritas kesehatan daerah dan pemerintah pusat sama-sama menekankan bahwa kasus tersebut tidak berhubungan dengan program yang sedang berjalan.
Penegasan ini didasarkan pada keterangan bahwa siswi yang bersangkutan tidak tercatat masuk ke posko, puskesmas, atau rumah sakit dengan gejala keracunan pada saat insiden massal terjadi.
Selain itu, pihak keluarga korban dilaporkan menolak dilakukan autopsi, sehingga penyebab pasti kematian siswi tersebut hingga kini belum dapat dipastikan secara medis.
Temuan BGN mengenai nitrit ini diharapkan dapat menjadi dasar untuk perbaikan signifikan dalam rantai pasok dan persiapan menu MBG di seluruh wilayah, khususnya dalam pengawasan kualitas bahan baku seperti buah dan sayur, serta metode penyimpanan dan pengolahannya. BGN telah menonaktifkan sejumlah SPPG yang terkait dengan kasus berulang keracunan MBG sebagai langkah responsif.
Sumber: disway news network
