1 tahun disway

Dua Dokter UB Pulang dari Gaza Bawa Inspirasi Kisah Hidup dan Nilai Sesungguhnya Kemanusiaan

Dua Dokter UB Pulang dari Gaza Bawa Inspirasi Kisah Hidup dan Nilai Sesungguhnya Kemanusiaan

Foto Dokter Kuntadi Sedang Melakukan Pembedahan Tulang pada Warga Palestina di Rumah Sakit--prasetya.ub.ac.id

 

Bukan tanpa risiko, karena suara dentuman bom dan kepulan asap menjadi latar yang terus mengiringi setiap langkah. Namun, tekad untuk hadir sebagai manusia bagi manusia lain membuat mereka tetap bertahan dan melanjutkan misi.

Kondisi paling mencolok bukan hanya luka fisik akibat perang, tapi kelaparan masif. Bahkan tenaga medis di rumah sakit pun pingsan karena tidak makan selama dua
Foto Dokter Kuntadi (nomer 3 dari kiri) dan Dokter Ristiawan (nomer tiga dari kanan) Membawa Baner Bersama Relawan dari Rahmah Foundation--prasetya.ub.ac.id hari.

Anggap sebagai Rezeki

Menurut Dr. Kuntadi, Perjalanan ke Gaza ini bukanlah keputusan mendadak, melainkan rezeki yang dikabulkan. Keinginan untuk terlibat dalam misi kemanusiaan ini telah menjadi bagian dari niat dan tekad yang terus disimpan. Ketika kesempatan itu datang, ia menerimanya tanpa ragu, dengan keyakinan bahwa ini adalah panggilan yang sudah dipersiapkan sejak lama.

“Kematian sudah ditentukan. Kenapa harus takut? Takdir kita sudah tertulis sebelum lahir, jadi saya menerima tawaran ini bahkan sebelum izin ke keluarga,” ujar Dr. Kuntadi.

Keduanya turut mengajak masyarakat untuk tidak menutup mata terhadap kondisi Palestina. Dr. Kuntadi dan Dr. Ristiawan menekankan bahwa bahwa bantuan tidak selalu harus berupa materi atau keahlian. Dalam kondisi serba terbatas, kehadiran, kepedulian, doa, bahkan satu tindakan kecil pun bisa menjadi kekuatan besar bagi mereka yang bertahan.

Dari reruntuhan Gaza, kedua dokter UB tersebut kembali membawa cermin bagi dunia bahwa harapan, keikhlasan, dan keberanian adalah bentuk tertinggi dari ilmu yang mengabdi pada kemanusiaan. Kisah mereka mengingatkan bahwa profesi bukan sekadar pekerjaan, tetapi jalan untuk memberi makna. Dan bahwa kampus bukan hanya tempat belajar, tapi juga tempat tumbuhnya keberanian, empati, dan tanggung jawab global. (*)

Sumber: prasetya.ub.ac.id