1 tahun disway

Mendagri Klarifikasi Ucapan soal Bantuan Malaysia untuk Aceh: Tak Ada Niat Meremehkan

Mendagri Klarifikasi Ucapan soal Bantuan Malaysia untuk Aceh: Tak Ada Niat Meremehkan

Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian menegaskan dirinya tidak pernah bermaksud meremehkan bantuan dari Malaysia kepada masyarakat Aceh. (Disway.id/Anisha)--

JAKARTA, DISWAYMALANG.ID–Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian mengklarifikasi pernyataannya yang dianggap meremehkan bantuan dari Malaysia kepada masyarakat Aceh. Tito menegaskan sama sekali tak bermaksud seperti itu. Hal itu ia jelaskan usai mantan Menteri Luar Negeri Malaysia menyatakan kekecewaan atas ucapan Tito terkait bantuannya kepada Aceh.

“Saya sama sekali tidak bermaksud mengecilkan bantuan atau dukungan dari warga Malaysia kepada Aceh. Kalau ada yang salah paham, saya minta maaf,” kata Tito, Minggu, 21 Desember 2025.

Tito mengatakan pernyataannya sebelumnya kemungkinan disalahpahami. Ia menekankan bahwa dirinya sangat menghormati bantuan dan solidaritas warga Malaysia terhadap Aceh, serta memiliki hubungan yang panjang dan baik dengan pemerintah Malaysia.

Tito menjelaskan, hubungan baiknya dengan Malaysia telah terjalin sejak lama, mulai kerja sama pasca Bom Bali tahun 2001, saat dirinya berinteraksi intens dengan Kementerian Dalam Negeri Malaysia, kepolisian Malaysia (PDRM), hingga Special Branch.

Hubungan tersebut terus berlanjut ketika ia bertugas di Densus 88, menjabat Kapolri, hingga saat ini.

Menurut Tito, yang ingin ia tekankan dalam pernyataannya adalah besarnya upaya yang telah dilakukan pemerintah Indonesia sejak hari pertama bencana terjadi. Meskipun banyak di antaranya tidak terekam kamera atau terekspos media.

Ia mengungkapkan, secara pribadi dirinya langsung berangkat ke Aceh pada 29 Desember setelah kondisi memungkinkan.

Tito meninjau Banda Aceh, Pidie, Pidie Jaya, hingga Lhokseumawe, serta berkoordinasi langsung dengan Gubernur Aceh Muzakir Manaf, wakil gubernur, para bupati, TNI, Polri, BNPB, dan Basarnas untuk menentukan langkah-langkah penanganan bencana.

Selain itu, Tito juga mengoordinasikan penyaluran bantuan logistik, termasuk ratusan ton beras dari Bulog. Juga, membantu daerah yang mengalami keterbatasan anggaran dengan menghubungi kepala daerah lain untuk memberikan dukungan langsung.

“Banyak sekali upaya yang dilakukan, bukan hanya oleh saya, tapi oleh TNI, Polri, BNPB, Basarnas, pemerintah pusat dan daerah,” ujarnya.

Eks Kapolri ini menegaskan, maksud pernyataannya bukan untuk mengecilkan dukungan luar negeri. Tetapi agar kerja keras pemerintah pusat, pemerintah daerah, relawan, dan donatur dalam negeri juga mendapat penghargaan yang layak.

“Yang saya maksud, jangan sampai dukungan dari luar negeri mengecilkan arti kerja luar biasa yang dilakukan di dalam negeri. Tolong juga dihargai,” katanya.

Ia kembali menegaskan penghormatannya kepada rakyat dan pemerintah Malaysia. Termasuk komunitas diaspora Aceh di Malaysia yang memiliki hubungan kekeluargaan dengan masyarakat Aceh.

“Saya sangat menghormati saudara-saudara kita dari Malaysia. Penekanan saya hanya satu, bahwa upaya dari dalam negeri juga sangat besar dan perlu dihargai,” tutup Tito.

Kekecewaan Eks Menlu Malaysia

Sebelumnya, Mantan Menteri Luar Negeri (Menlu) Malaysia Tan Sri Rais Yatim menyatakan kecewa dengan pernyataan Tito yang dinilaikan meremehkan bantuan negaranya. Dilansir dari video yang diunggah akun X @Mdy_Asmara1701 pada Jumat, 19 Desember 2025, Tan Sri Rais Yatim menyebut pernyataan Tito tidak pantas diucapkan oleh seorang menteri.

Ia menegaskan bantuan kemanusiaan seharusnya dilihat dari niat dan manfaatnya. Bukan semata-mata berdasarkan nilai nominal yang diberikan.

Tan Sri Rais juga secara tegas meminta Tito untuk memperbaiki caranya berkomunikasi yang baik sebagai pejabat negara. Terutama ketika membicarakan hal yang menyangkut hubungan diplomatis dengan negara tetangga.

"Dengan pernyataan publik yang menunjukkan kepada dunia bahwa Malaysia hanya berkontribusi sedikit dalam bentuk USD60 ribu, menteri yang bersangkutan diharapkan untuk belajar terlebih dahulu dalam hal ucapan, komunikasi, atau bahasa kepada tetangga," kata Tan Sri Rais Yatim.

Teguran keras Tan Sri Rais kepada Mendagri Tito ini membuat publik ramai memberikan dukungan terhadap sang eks Menlu Malaysia. Sosok mantan Menteri Luar Negeri Malaysia ini pun ramai diulik oleh masyarakat Indonesia.

Diketahui, Tan Sri Rais Yatim adalah salah satu mantan pejabat pemerintah Malaysia yang memiliki darah keturunan Indonesia. Kedua orang tua dari Tan Sri Rais berasal dari suku Minangkabau.

Ayahnya, Mohammad Yatim adalah pedagang dari wilayah Jorong Pisang, Palupuh, Agam, Sumatera Barat. Sementara sang ibu, Siandam adalah warga Kampung Sipisang, Agam yang merantau ke Jelebu, Malaysia.

Pria kelahiran Jelebu tahun 1942 ini pernah memegang beberapa posisi penting di kabinet nasional dan posisi pemerintahan Malaysia.

Dia pernah ditunjuk sebagai seorang Menteri di Departemen Perdana Menteri, Menteri Besar dari Negeri Sembilan (1978 - 1982), Menteri Tanah dan Pembangunan Daerah (1982-1984), Menteri Penerangan (1984-1986), dan Menteri Luar Negeri (1986-1987).

Ketika ia keluar dari kepemimpinan UMNO, ia kembali ke karier hukum sebagai pengacara hingga tahun 1999. Kemudian pada tahun 1999 ia kembali dalam kabinet. Tan Sri Rais menjabat sebagai menteri luar negeri Malaysia pada tanggal 18 Maret 2008 hingga 9 April 2009.

Pada Juni 2007, Rais dinominasikan sebagai calon untuk jabatan Sekretaris Jenderal Persemakmuran, setelah masa Don McKinnon yang berakhir pada Maret 2008. Pada tahun 2010, Tan Sri Rais kembali bergabung di kabinet sebagai menteri penerangan.

Pada 16 Juni 2020, ia diangkat menjadi Senator di Dewan Negara oleh Yang di-Pertuan Agong setelah ia bergabung dengan Partai Pribumi Bersatu Malaysia pada bulan Juni 2018 dan kembali aktif dalam berpolitik.

Sumber: disway.id