1 tahun disway

23 Mei Juga Hari untuk Mengakhiri Fistula Obstetrik, Ini Dampak bagi Perempuan Sehingga Perlu Diperingati

23 Mei Juga Hari untuk Mengakhiri Fistula Obstetrik, Ini Dampak bagi Perempuan Sehingga Perlu Diperingati

Ilustrasi Fistula Obstetrik-pinterest-

MALANG, DISWAYMALANG.ID -- Setiap tanggal 23 Mei, dunia memperingati Hari Internasional untuk Mengakhiri Fistula Obstetrik. Yakni, sebuah kondisi medis serius yang sering kali terjadi akibat persalinan yang berkepanjangan tanpa penanganan medis yang tepat.

Fistula obstetrik bukan hanya soal dampak fisik, tetapi juga masalah sosial dan psikologis yang berat bagi perempuan yang mengalaminya.

Mari Kita Bahas!

1. Apa Itu Fistula Obstetrik?

Fistula obstetrik adalah lubang abnormal yang terbentuk antara vagina dan kandung kemih (fistula vesikovaginal) atau antara vagina dan rektum (fistula rektovaginal), yang biasanya terjadi akibat persalinan yang berkepanjangan dan tidak ditangani dengan baik. Kondisi ini menyebabkan kebocoran urin atau tinja yang tidak terkendali melalui vagina, yang dapat berlangsung seumur hidup jika tidak diobati.

Menurut artikel dalam PubMed Central, fistula obstetrik terjadi akibat iskemia jaringan lunak antara vagina dan saluran kemih atau rektum, yang disebabkan oleh tekanan kepala janin selama persalinan yang berkepanjangan. Tekanan ini memotong aliran darah ke jaringan tersebut, menyebabkan nekrosis dan pembentukan lubang.

Selain itu, faktor-faktor seperti pernikahan dini, kurangnya akses ke layanan kesehatan maternal, dan kekurangan gizi juga berkontribusi terhadap risiko terjadinya fistula obstetrik.

2. Bagaimana Gejalanya?

Perempuan yang mengalami fistula obstetrik biasanya mengalami kebocoran urin atau tinja yang tidak terkendali melalui vagina, yang dapat menyebabkan iritasi kulit, infeksi saluran kemih berulang, dan bau tak sedap yang menetap. Selain itu, kondisi ini juga dapat menyebabkan nyeri saat berhubungan seksual dan gangguan menstruasi.

3. Apa Penyebabnya?

Perempuan muda yang menikah dan hamil di usia dini lebih berisiko karena panggul mereka belum berkembang sempurna. Malnutrisi yang menyebabkan pertumbuhan tubuh terganggu juga turut meningkatkan risiko ini. Selain itu, faktor-faktor seperti praktik budaya yang berbahaya seperti mutilasi genital perempuan turut memperburuk keadaan.

Faktor terjadinya penyakit ini juga didorong oleh adanya persalinan yang lambat yang akhirnya memberikan tekanan secara berlebihan pada area vagina, kandung kemih hingga rektum yang menyebabkan robekan dan terbentuklah fistula itu.

4. Dampak Sosial dan Psikologisnya

Selain dampak fisik, perempuan yang mengalami fistula obstetrik juga menghadapi stigma sosial yang sangat berat. Mereka sering kali ditolak oleh suami atau keluarganya karena bau tak sedap dan kondisi tubuh yang dianggap “tidak bersih”. Mereka dikucilkan dari masyarakat, tidak bisa bekerja, dan merasa sangat rendah diri.

Sumber: pubmed