1 tahun disway

Multitasking Bikin Lelah: Survei Ungkap Kebiasaan Pelajar yang Ganggu Produktivitas

Multitasking Bikin Lelah: Survei Ungkap Kebiasaan Pelajar yang Ganggu Produktivitas

Ilustrasi orang yang multitasking--getty images

Strategi Pelajar Mengelola Multitasking

Dalam kajian kualitatif di Universitas Negeri Makassar, pelajar mengungkap beberapa cara mereka mengelola konflik antara waktu belajar dan distraksi digital. Strategi-strategi yang digunakan antara lain:

  • Menyusun jadwal belajar yang jelas, agar tahu kapan saatnya fokus penuh dan kapan bisa “melepaskan” untuk hiburan digital.
  • Menggunakan aplikasi pembatas akses digital, seperti timer atau mode jangan-ganggu, untuk menjaga jeda fokus.
  • Membangun komunitas belajar online, di mana saling mengingatkan untuk tetap dalam sesi belajar tanpa distraksi.

BACA JUGA:Mendikdasmen Tegaskan Bahasa Inggris Mulai Diajarkan di SD Mulai 2027, Guru Harus Siap Hadapi Era AI

Konteks yang Lebih Besar: Prokrastinasi dan Manajemen Waktu

Kebiasaan multitasking juga berkaitan erat dengan masalah prokrastinasi akademik (kebiasaan menunda pekerjaan atau tugas hingga mendekati atau bahkan melewati batas waktu terakhir).

Sebuah studi dari SMA Negeri 1 Muaro Jambi menemukan bahwa intensitas penggunaan media sosial secara positif berkorelasi dengan prokrastinasi. Semakin tinggi penggunaan media, semakin besar kecenderungan menunda tugas. 

Pada saat yang sama, manajemen waktu yang buruk memperparah dampak multitasking. Penelitian di Indragiri Hilir menyebut bahwa kemampuan manajemen waktu mahasiswa sangat berpengaruh terhadap prestasi akademi.

Tidak hanya performa akademik, multitasking juga bisa membebani mental. Saat otak terus berpindah antar tugas, beban kognitif meningkat, yang lama-lama bisa menimbulkan stres, penurunan kualitas tidur, dan kelelahan mental. Bukti dari riset literatur menunjukkan bahwa multitasker cenderung mengalami 'biaya mental' (mental cost) setiap berpindah tugas, meski mereka merasa produktif.

BACA JUGA:Bukan Nasib, 9 Kebiasaan Ini yang Diam-Diam Bikin Karier Terhambat

Rekomendasi untuk Pendidik dan Orang Tua

  1. Edukasi manajemen waktu: Guru dan orang tua bisa mengajarkan keterampilan seperti prioritas tugas dan teknik belajar satu-satu (single-tasking).
  2. Batasi distraksi digital: Mendorong pelajar untuk menggunakan mode fokus di perangkat mereka atau menetapkan 'zona bebas gadget' saat belajar.
  3. Evaluasi beban tugas: Sekolah bisa mempertimbangkan desain tugas yang realistis, agar siswa tidak merasa perlu membuka banyak aplikasi atau melakukan banyak hal sekaligus.
  4. Support komunitas belajar: Membentuk kelompok belajar offline atau online yang mendukung fokus dan memberi akuntabilitas untuk mengurangi multitasking.

BACA JUGA:9 Soft Skill Anti-Galau yang Harus Dimiliki Mahasiswa Zaman Now

Meski multitasking tampak seperti strategi efisien pada era digital. Namun, penelitian menunjukkan bahwa kebiasaan tersebut justru menguras energi mental dan menurunkan produktivitas akademik.

Survei dan studi di Indonesia mengonfirmasi bahwa banyak pelajar terjebak antara keinginan untuk tetap 'terhubung' dengan distraksi (kondisi atau aktivitas yang mengalihkan perhatian dari fokus utama, baik secara sengaja maupun tidak) digital dan kebutuhan untuk fokus.

Untuk mengatasi masalah ini, upaya manajemen waktu, pendidikan literasi digital, dan dukungan sistem pembelajaran sangat diperlukan.

Sumber: uin jakarta repository