1 tahun disway

Sering Pindah Pindah Pekerjaan tapi Tidak Ingin Portofolio Dipandang Negatif, Ini Strateginya!

Sering Pindah Pindah Pekerjaan tapi Tidak Ingin Portofolio Dipandang Negatif, Ini Strateginya!

Ilustrasi Job Hopping / Pindah Pindah Pekerjaan-pinterest-

Dalam wawancara kerja, pertanyaan “Kenapa keluar dari tempat kerja sebelumnya?” hampir selalu muncul. Jadi penting untuk punya push factor yang kuat—bukan cuma karena bosnya galak atau jam kerjanya nggak enak. HR lebih percaya pada alasan logis: pengembangan diri, ketidakcocokan visi, tidak adanya peluang karier, atau kebutuhan keluarga.

Tapi hati-hati. Alasan yang terlalu ‘menyerang’ tempat kerja sebelumnya justru bisa jadi bumerang. HR bisa menganggap pelamar tidak profesional. Fokuslah pada aspek pribadi dan growth: “Saya merasa sudah mencapai batas belajar di sana, dan ingin tantangan baru yang lebih strategis.”

5. Jelaskan Dengan Narasi yang Konsisten

Jangan hanya cantumkan tanggal kerja dan nama perusahaan di CV. Tambahkan narasi kecil yang menjelaskan transisi karier. Misalnya: “Pindah ke posisi A untuk memperdalam pengalaman dalam digital marketing,” atau “Beralih ke startup untuk terlibat langsung dalam pengembangan produk dari nol.”

Narasi ini membantu HR memahami benang merah karier, sekalipun lompat-lompat. Kalau tidak dijelaskan, perpindahan bisa terlihat impulsif. Tapi dengan narasi yang konsisten, lompatan justru terlihat sebagai strategi yang matang dan penuh pertimbangan.

6. Jangan Terjebak Hanya Kejar Gaji

Pindah kerja demi gaji yang lebih tinggi? Itu sah-sah saja. Tapi kalau semua pindahan cuma terlihat karena soal angka, HR bisa ragu. Mereka butuh orang yang bukan hanya mau ‘dibayar’, tapi juga mau tumbuh. Kalau motivasi utamanya hanya uang, loyalitas akan jadi pertanyaan besar.

Jadi saat menjelaskan alasan pindah, usahakan tidak terlalu menekankan soal gaji. Fokuskan pada kesempatan belajar, ruang eksplorasi. Tunjukkan bahwa meski kompensasi penting, growth tetap jadi bahan bakar utama untuk bergerak.

7. Bangun Personal Branding dari Setiap Pengalaman

Meski sering pindah kerja, tetap bisa punya personal branding yang kuat. Misalnya, selalu bekerja di sektor teknologi dengan spesialisasi di UI/UX. Atau selalu terlibat dalam proyek kreatif lintas industri. Pola-pola ini membentuk identitas yang konsisten, dan memudahkan HR untuk mengenali kekuatan utama pelamar.

Kalau semua pengalaman kerja beda-beda banget, coba cari benang merahnya. Mungkin semuanya berkaitan dengan strategi komunikasi, atau berfokus pada pengguna akhir. Personal branding bukan soal jabatan atau perusahaan besar, tapi soal cerita unik yang ingin dibawa ke setiap tempat kerja.

8. Manfaatkan LinkedIn untuk Bercerita Lebih Panjang

CV memang terbatas ruangnya. Tapi LinkedIn bisa jadi tempat untuk menjelaskan detail karier yang berubah, selalu update, jangan ada yang ketinggalan di "banggakan" termasuk alasan transisi, pencapaian, dan pembelajaran. Gunakan fitur deskripsi atau bahkan artikel untuk menjelaskan mengapa perjalanan karier terlihat dinamis tapi tetap bertumbuh.

HR hari ini sering mengecek LinkedIn untuk “melihat lebih dalam.” Kalau profil LinkedIn tidak diisi, sayang banget. Padahal itu bisa jadi alat bantu untuk memperjelas arah dan tujuan karier, sekaligus menjawab rasa penasaran yang tidak tertuang di CV.

BACA JUGA:Sering Update LinkedIn Tapi Belum Dilirik HRD? Coba Pakai Bahasa Profesional Ini di Postingan!

Sumber: reddit