Muhammadiyah Creative Forum, Ruang Berkarya dan Networking untuk Pelaku Usaha Muslim
Muhammadiyah Creative Forum yang digagas Aryo Bayu (tiga dari kanan).--
KEDUNGKANDANG, DISWAY MALANG.ID—Muhammadiyah Creative Forum (MCF) muncul sebagai jawaban atas kebutuhan pemberdayaan masyarakat dan pelaku usaha muslim. Khususnya, pekerja keras namun kerap menghadapi dua kendala utama: kurangnya ilmu praktik bisnis dan terbatasnya jaringan relasi.
Gagasan forum ini berasal dari Aryo Bayu Soekarno (31), seorang pengusaha perawatan hewan dan pemilik Flosturia. Aryo melihat banyak pengusaha muslim yang telah maksimal bekerja keras dan gigih berikhtiar, tetapi sering tidak tahu bagaimana memulai langkah awal atau bagaimana mengelola tim yang efektif.
Dia mengamati hal itu terjadi di kalangan pemuda Muhammadiyah Sawojajar. Banyak di antara pemuda tersebut tergolong pengusaha besar. Namun, mereka kerap menghadapi dua kendala di atas.
“Masalah pertama adalah kurangnya ilmu,” ujarnya.
Menurut Aryo, banyak pengusaha muslim ingin sukses tetapi tidak tahu cara memulainya. Termasuk bagaimana merekrut pegawai, memanajemen tim, dan menangani kendala jika ada masalah di tempat kerja.
Masalah kedua adalah keterbatasan network. Banyak pengusaha yang tidak punya waktu luas untuk kenalan, juga tidak percaya diri bila tidak dikenalkan orang. “Saya dulu aktif di beberapa komunitas; kadang orang tidak kenalan bukan karena tidak mau, tetapi karena tidak ada yang mengenalkan,” jelas Aryo.
Karena itulah ia merintis forum yang sifatnya non-formal namun rutin mengadakan diskusi. Dengan harapan, terjadi pertukaran ilmu sekaligus memperluas jejaring.
Forum Berbagi Pengetahuan
Forum ini bertujuan “mengundang turun ke masyarakat” para pelaku usaha untuk berbagi pengetahuan tanpa rasa sungkan
Meskipun ada kekhawatiran bahwa penyampai ilmu bisa merasa tersinggung jika diajarkan secara langsung. Menurut Aryo, suasana forum yang terbuka membuat peserta siap menerima masukan dan memperluas wawasan.
Sejak diluncurkan, MCF telah memasuki periode ke-3 dan mengadakan pertemuan sebulan sekali. Agenda pertemuan pertama fokus kepada storytelling. para peserta diminta memaparkan produk unggulannya.
Dari agenda inilah, diketahui banyak pengusaha yang masih menghadapi kendala dalam mengungkapkan produknya. Banyak pelaku usaha memiliki produk masakan enak, misalnya ayam goreng, namun kurang pandai menceritakan keunggulan produknya kepada orang lain.
Dalam beberapa sesi, pemateri yang juga pendiri forum ini telah mengajarkan cara bercerita tentang produk yang menarik, menetapkan target pasar, dan bagaimana tampil di depan kamera. Kepraktisan menjadi fokus utama: teori bisa didapat dari YouTube, tetapi latihan dan praktik langsung di lapangan diperlukan.
“Dunia digital marketing memang murah, tapi konten yang menarik tetap diperlukan,” kata Aryo.
“Kami juga menekankan bahwa meskipun hanya ngopi-ngopi di kafe, tetap ada kurikulum. Setiap bulan kita bahas topik yang berbeda agar tidak membahas masalah bulan lalu,” tambahnya.
Ilmu Off the Record
Sumber:
