Hari Televisi Sedunia 21 November 2025: Dari Panggung Global ke Malang Raya, Media Lama yang Terus Berevolusi

Jumat 21-11-2025,13:17 WIB
Reporter : Elsa Amalia Kartika Putri
Editor : Mohammad Khakim

MALANG, DISWAYMALANG.ID-- Hari ini dunia memperingati Hari Televisi Sedunia, sebuah momentum yang mengingatkan akan peran vital televisi dalam membentuk opini publik dan menyebarkan informasi. Bagi masyarakat Malang Raya, perayaan ini membuka refleksi terhadap bagaimana media pertelevisian telah berkembang sekaligus beradaptasi dengan perubahan teknologi dan gaya hidup lokal.

Hari Televisi Sedunia (World Television Day) diproklamasikan oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa. Lewat Resolusi 51/205 pada 17 Desember 1996, dengan menetapkan tanggal 21 November sebagai hari peringatan.  Alasan utamanya adalah televisi dianggap memiliki dampak besar pada proses pengambilan keputusan global. Karena mampu menarik perhatian dunia pada konflik, isu perdamaian, dan persoalan sosial-ekonomi. 

Pada 21–22 November 1996, PBB menyelenggarakan Forum Televisi Dunia pertama. Di mana tokoh media global bertemu untuk membahas peran strategis TV di era yang berubah cepat. Menurut PBB, peringatan ini bukan hanya merayakan televisi sebagai perangkat, tetapi menghormati filosofi di baliknya: simbol komunikasi dan globalisasi.

BACA JUGA:TVRI Resmi Peroleh Hak Siar Piala Dunia 2026, Masyarakat Bisa Nonton Gratis

Sejarah Televisi di Indonesia

Televisi di Indonesia mencatat sejarah panjang. Mulai siaran kali pertama dikenal publik sejak pertengahan abad ke-20. TVRI, stasiun televisi nasional pertama, mulai siaran resmi pada tahun 1962. Perkembangan pesat terjadi pada era 1990-an ketika muncul stasiun-swasta pertama seperti RCTI, SCTV, Indosiar, TPI, dan ANTV. 

Memasuki era 2000-an, televisi swasta baru terus bermunculan (MetroTV, TransTV, Lativi, GlobalTV, dan lain-lain). Menjadikan media pertelevisian semakin beragam. Menurut kajian akademik, televisi telah menyentuh aspek sosial dan politik masyarakat Indonesia. Termasuk membentuk pola pikir publik dan menjadi wadah kontrol sosial. 

BACA JUGA:Hari Televisi Nasional 24 Agustus: Jejak Perjalanan TV di Indonesia dari TVRI hingga Era Digital

Perkembangan dan Tantangan di Tingkat Lokal (Malang Raya)

Di Malang Raya, keberadaan televisi lokal masih sangat dominan. Seperti Malang TV, Kompas TV Malang, Batu TV, dan Dhamma TV, sebagai sarana utama konsumsi informasi dan hiburan di banyak rumah. Malang TV, misalnya, siaran hingga 18 jam per hari dengan slogan “Dari Warga Malang Untuk Warga Malang”. Menyasar audiens lokal yang mengandalkan televisi tradisional daripada pilihan digital yang semakin banyak.

Meski demikian, perubahan cepat di dunia media kini menekan stasiun-stasiun ini. Dengan perkembangan internet dan tingginya penetrasi layanan digital di Malang Raya. Generasi muda semakin banyak menonton melalui YouTube atau aplikasi OTT.

Selain itu, tekanan teknologi juga muncul dari migrasi siaran ke TV digital. Beberapa TV lokal mengeluhkan biaya sewa multiplexer (MUX) yang tinggi, bahkan ada menara pemancar lama yang mangkrak setelah transisi.

Di balik tantangan itu, potensi televisi lokal di Malang tetap besar. Stasiun-stasiun seperti Kompas TV Malang dan Batu TV bisa menjadi platform edukatif untuk isu-isu lokal. Mulai kebijakan kota, masalah lingkungan, hingga budaya Malang.

Jika didukung oleh pemerintah daerah dan komunitas media lokal untuk memperkuat konten lokal berkualitas dan interaktif. TV lokal bisa kembali menjadi jembatan yang menyatukan masyarakat dan memperkuat identitas kebersamaan di Malang Raya.

BACA JUGA:Hari Televisi Nasional 24 Agustus: Jejak Perjalanan TV di Indonesia dari TVRI hingga Era Digital

Dampak Televisi dalam Konteks Sosial dan Demokrasi

Menurut PBB dan pengamat media, televisi tetap relevan sebagai medium massa yang menjangkau khalayak luas dan bisa digunakan untuk memperkuat demokrasi. Memberikan akses informasi, mengedukasi warga, dan mendorong partisipasi publik.

Namun, di abad ke-21, bentuk televisi sudah berubah. Platform streaming dan interaktivitas menjadikan televisi bukan lagi “satu arah” semata. Di Indonesia, terutama di kota-kota seperti Malang, TV juga bisa menjadi alat untuk meningkatkan literasi media. Membangun kesadaran kritis masyarakat terhadap tayangan, berita hoaks, dan propaganda melalui program lokal berkualitas.

BACA JUGA:Polinema Tutup NTVSC 2025 dengan Gemilang: Mahasiswa Vokasi Raih Prestasi di Ajang Nasional

Kategori :