MALANG, DISWAYMALANG.ID--Dalam rangka memperingati Hari Penglihatan Sedunia (World Sight Day) 14 Oktober, dunia optometri dan oftalmologi menegaskan perannya sebagai garda terdepan dalam menjaga kualitas penglihatan manusia di era digital.
Dengan tema global “Love Your Eyes”, peringatan tahun ini menjadi momentum penting untuk menyoroti bagaimana teknologi modern membantu deteksi, diagnosis, dan pengobatan gangguan mata menjadi lebih cepat, akurat, dan terjangkau.
Berikut adalah sembilan inovasi teknologi terbaru yang telah mengubah wajah dunia optometri dan oftalmologi dalam dekade terakhir.
1. AI dalam Pencitraan Retina & Screening Otomatis
Kecerdasan buatan kini menjadi bagian penting dalam dunia oftalmologi. Melalui analisis citra retina, AI mampu mendeteksi tanda-tanda awal penyakit seperti retinopati diabetik, glaukoma, dan degenerasi makula hanya dalam hitungan detik.
Beberapa sistem berbasis AI bahkan telah digunakan secara luas di rumah sakit besar dan klinik mata di dunia. Seperti Google DeepMind yang mampu membaca foto retina dengan akurasi hingga 94%, menyaingi diagnosis dokter mata profesional.
Dengan teknologi ini, masyarakat yang tinggal di daerah terpencil dapat memperoleh hasil pemeriksaan awal tanpa harus bertemu langsung dengan spesialis.
2. Optical Coherence Tomography (OCT) Mutakhir
Teknologi OCT telah menjadi alat utama dalam pemeriksaan retina. Inovasi terbaru pada OCT, seperti OCT Angiography (OCTA) memungkinkan dokter melihat pembuluh darah kecil di retina tanpa perlu menyuntikkan pewarna kontras ke dalam tubuh pasien.
OCT juga kini digunakan untuk memantau efektivitas terapi katarak, operasi LASIK. Serta deteksi dini edema makula, yang sering kali menjadi penyebab kebutaan permanen.
Selain itu, versi portabel dari OCT kini mulai dikembangkan untuk layanan mobile clinic, sehingga pemeriksaan bisa dilakukan di lapangan.
3. Tele-optometri atau Tele-oftalmologi
Selama pandemi COVID-19, konsep tele-optometri berkembang pesat. Dan kini menjadi sistem permanen dalam banyak layanan kesehatan mata. Melalui kamera resolusi tinggi dan sistem cloud, dokter dapat memantau perkembangan kondisi pasien dari jarak jauh.
Pasien cukup mengunggah foto mata atau hasil tes visual yang diambil menggunakan perangkat khusus, kemudian dokter akan memberikan analisis serta rekomendasi pengobatan.
Teknologi ini sangat membantu di negara berkembang seperti Indonesia, di mana akses ke dokter spesialis mata masih terbatas.
4. Kacamata dan Lensa Pintar
Lensa pintar bukan lagi fiksi ilmiah. Perusahaan seperti Mojo Vision dan Google X tengah mengembangkan lensa kontak yang mampu memonitor tekanan bola mata sebagai indikator penting dalam penyakit glaukoma.
Ada pula versi lain yang bisa mengukur kadar glukosa melalui air mata, sangat berguna bagi penderita diabetes untuk mencegah komplikasi penglihatan.
Sementara itu, kacamata pintar dilengkapi sensor pelacak gerak mata dan tampilan augmented reality (AR) yang dapat membantu penderita low vision untuk mengenali lingkungan sekitar dengan lebih mudah.
5. Imaging Retinal Lebih Luas (OPTOMAP)
OPTOMAP memungkinkan pengambilan gambar retina secara menyeluruh. Hingga mencakup 80% area retina, dibandingkan dengan pemeriksaan konvensional yang hanya mencapai 15%.