MALANG, DISWAYMALANG.ID-- Setiap tahun, tanggal 7 Oktober menjadi pengingat penting bagi masyarakat dunia akan kekuatan sebuah kata.
Pada hari itulah, dunia memperingati Hari Komunikasi Damai Internasional atau International Day of Peaceful Communication sebuah momentum untuk menegaskan kembali bahwa perdamaian tidak hanya dibangun melalui tindakan besar, tetapi juga melalui bahasa yang penuh kasih dan empati.
Peringatan ini pertama kali digagas pada tahun 2019 oleh Ruben M West, seorang tokoh yang percaya bahwa komunikasi memiliki daya luar biasa untuk menyatukan umat manusia.
Ia melihat bahwa di tengah maraknya konflik, perpecahan, dan ujaran kebencian baik di dunia nyata maupun di ruang digital, dunia membutuhkan ruang refleksi. Agar manusia kembali memahami makna komunikasi yang sesungguhnya. Yaitu menyampaikan tanpa melukai, mendengar tanpa menghakimi, dan berdialog tanpa kekerasan.
Makna Komunikasi Damai di Era Modern
Pada era ketika interaksi serba cepat dan opini berseliweran tanpa batas, komunikasi sering berubah menjadi alat untuk menyerang, bukan menyambung. Media sosial, yang sejatinya diciptakan untuk mempertemukan manusia, justru kerap menjadi arena perdebatan dan pertikaian.
Di sinilah esensi Hari Komunikasi Damai Internasional menjadi sangat relevan. Melalui momentum ini, masyarakat diajak untuk menggunakan bahasa yang menenangkan dan membangun. Baik di rumah, tempat kerja, sekolah, maupun di ruang digital.
Komunikasi damai tidak berarti kita harus selalu sepakat dengan orang lain. Namun, bagaimana kita tetap menghormati perbedaan dengan kepala dingin dan hati terbuka.
Bayangkan jika setiap percakapan diwarnai oleh rasa saling menghargai. Dunia tentu terasa lebih damai.
Konflik tidak lagi menjadi ajang saling serang, tetapi ruang belajar untuk memahami perspektif yang berbeda. Dari sinilah, lahir semangat untuk menjadikan kata-kata sebagai jembatan perdamaian. Bukan dinding perpecahan.
Membangun Budaya Damai Lewat Komunikasi
Hari Komunikasi Damai Internasional juga mengajak individu dan pemerintah di seluruh dunia untuk membangun budaya komunikasi yang kolaboratif dan penuh empati.
Banyak lembaga, komunitas, dan organisasi internasional memanfaatkan momen ini dengan mengadakan seminar, diskusi publik, hingga kampanye media sosial yang menyoroti pentingnya bahasa positif dan dialog terbuka.
Selain itu, peringatan ini menjadi sarana pembelajaran untuk melatih kemampuan mendengarkan dengan hati. Menyampaikan kritik tanpa menyakiti. Mengekspresikan pendapat tanpa menindas.
Dalam konteks global, komunikasi damai juga menjadi bagian dari diplomasi antarnegara. Sebuah pondasi penting bagi perdamaian dunia dan pembangunan berkelanjutan.
Di tengah tantangan modern mulai dari perpecahan sosial, ujaran kebencian, ekstremisme, hingga konflik politik komunikasi damai menjadi benteng terakhir yang bisa menyatukan umat manusia.
Dunia kini menghadapi realitas pahit, yakni meningkatnya intoleransi dan kekerasan, bahkan di ruang digital. Karena itu, kemampuan berdialog secara damai menjadi keterampilan yang semakin penting.