Desain ruang bundarnya mencerminkan keterbukaan demokrasi negara yang baru merdeka dari Rusia pada 1917.
8. Palazzo del Governo, Italia
Palazzo del Governo, Taranto, Italia--Getty Image
Dibangun pada era Mussolini, gedung ini merepresentasikan eklektisisme arsitektur fasis Italia.
Dengan menara lonceng dan fasad mirip benteng pelabuhan, gedung ini tampak kuno padahal berdiri pada 1930-an.
Kini, meskipun rezim totaliter sudah lama tumbang, Palazzo del Governo tetap dipakai untuk mengawal demokrasi modern Italia.
9. Great Hall of the People, Tiongkok
Great Hall of the People, Tiongkok--flickr
Berdiri megah di Lapangan Tiananmen, Beijing, gedung ini dibangun hanya dalam 10 bulan pada 1958 hingga 1959.
Aula utamanya mampu menampung 10.000 delegasi, sementara aula makan kenegaraannya berkapasitas 5.000 orang.
Atapnya dihiasi bintang merah bercahaya, simbol kuat Partai Komunis. Gedung ini menjadi pusat kekuasaan politik dan simbol otoritas Tiongkok.
Perbandingan dengan Gedung DPR RI
Ilustrasi gedung DPR RI--iStockphoto
Di Indonesia, Gedung DPR RI di Senayan juga memiliki keunikan tersendiri. Dirancang oleh Soejoedi Wirjoatmodjo pada era Presiden Soekarno, bangunan ini awalnya disiapkan untuk menjadi lokasi Conference of the New Emerging Forces (CONEFO).
Atap hijau berbentuk setengah lingkaran yang sering dikira tempurung kura-kura sebenarnya melambangkan kepakan sayap burung yang siap terbang.
Filosofi ini menandakan semangat kebangsaan dan cita-cita Indonesia untuk lepas landas menuju keadilan dunia.
Dengan luas sekitar 80.000 m², Gedung DPR RI dikelilingi pagar tinggi yang menegaskan eksklusivitasnya.
Namun, berbeda dengan banyak parlemen dunia yang lebih terbuka untuk publik, akses ke DPR RI hanya bisa dilakukan dengan prosedur resmi.
Selain itu, gedung ini memiliki nilai sejarah tersendiri. Pada 1998, gedung parlemen menjadi pusat reformasi ketika ribuan mahasiswa mendudukinya hingga berhasil menurunkan Presiden Soeharto.