21 Mei, World Day for Cultural Diversity for Dialogue, Yuk Gunakan Medsos untuk Perkuat Dialog!

Rabu 21-05-2025,06:09 WIB
Reporter : Immanuela Regina
Editor : Immanuela Regina

MALANG, DISWAYMALANG.ID -- Dalam era digital saat ini, media sosial telah menjadi platform utama dalam menyebarkan informasi dan membentuk opini publik. Namun, alih-alih memperluas dialog antar budaya, media sosial (medsos) sering kali memperkuat perpecahan baik secara politik, etnis, maupun budaya.

BACA JUGA:Momen Hari Hidup Bersama dalam Damai, Yuk Gunakan Jempol dengan Bijak di Era Digital!

Fenomena ini perlu diberikan perhatian lebih khususnya dalam peringatan World Day for Cultural Diversity for Dialogue and Development 2025, yang mengusung keutamaan nilai untuk merangkul Keberagaman dan menumbuhkan perdamaian lewat dialog dalam keberagaman budaya.

Salah satu mekanisme utama yang menghambat tujuan World Day For Cultural Diversity for Dialogue and Development adalah terbentuknya echo chamber.

Hal ini memperkuat keyakinan pribadi dan mengurangi keterbukaan terhadap perspektif lain.

1. Echo Chamber, Apa Itu?

Echo chamber adalah lingkungan di mana individu hanya terpapar pada informasi dan opini yang sejalan dengan pandangan mereka sendiri. Hal ini memperkuat keyakinan pribadi dan mengurangi keterbukaan terhadap perspektif lain.

2. Filter Bubble dan Konfirmasi Bias

Filter bubble terjadi ketika algoritma media sosial menyajikan konten yang sesuai dengan preferensi pengguna, menciptakan lingkungan yang memperkuat pandangan yang sudah ada. Hal ini memperkuat konfirmasi bias, di mana individu cenderung mencari dan mempercayai informasi yang sejalan dengan keyakinan mereka.

Filter bubble dapat membatasi paparan terhadap pandangan yang berbeda terhadap budaya lain.

3. Radikalisasi Melalui Algoritma

Algoritma rekomendasi pada platform seperti YouTube dan Facebook dapat mendorong pengguna menuju konten yang semakin ekstrem, fenomena yang dikenal sebagai "algorithmic radicalization". Hal ini meningkatkan risiko radikalisasi.

Penelitian yang diterbitkan dalam First Monday, dinyatakan bahwa ada probabilitas sebanyak 42% untuk algoritma YouTube merekomendasikan konten ekstrem kepada pengguna, bahkan jika mereka tidak secara aktif mencarinya. Algoritma dapat berkontribusi pada penyebaran konten ekstrem dan memperkuat pemikiran radikal yang tertutup dengan dialog pada perspektif budaya lain. Masyarakat harus tetap memiliki pendirian teguh dan prinsip dalam menjaga keberagaman agar tak mudah terpengaruh dengan radikalisasi lewat konten di media.

Masyarakat perlu membiasakan riset guna menilai validitas dari konten yang disarankan agar tak mudah muncul pemikiran radikal tak berdasar.

4. Penyebaran Ujaran Kebencian dan Disinformasi

Kategori :