MALANG, DISWAYMALANG.ID - Kasus dugaan pelecehan seksual yang dilakukan oleh seorang dokter kandungan diberbagai daerah Indonesia kembali mengguncang publik. Insiden ini membuat banyak ibu hamil merasa resah, terutama karena pelaku diduga melakukan tindakan tidak senonoh saat melakukan pemeriksaan USG.
Kejadian tersebut kembali memunculkan pertanyaan klasik: mengapa profesi dokter kandungan masih didominasi oleh laki-laki, padahal mereka menangani organ reproduksi perempuan secara langsung?
Dominasi Laki-Laki di Profesi Obgyn
Ketua Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI), Yudi Mulyana Hidayat, mengungkapkan bahwa saat ini rasio dokter kandungan laki-laki dan perempuan di Indonesia adalah 6:4. Artinya, meskipun jumlah dokter perempuan mengalami peningkatan, profesi ini tetap lebih banyak diisi oleh laki-laki.
Menurut Yudi, ada beberapa faktor yang menyebabkan dominasi tersebut:
Beban Tanggung Jawab Tinggi
"Profesi kebidanan dan kandungan itu berat. Kita bertanggung jawab atas dua nyawa sekaligus, yaitu ibu dan bayi. Risikonya besar dan kadang membutuhkan tindakan bedah kompleks," jelas Yudi saat diwawancarai oleh Disway pada 23 April 2025.
Tuntutan Siaga 24 Jam
Proses persalinan bisa terjadi kapan saja, tanpa mengenal waktu. Dokter kandungan harus siap dipanggil kapan pun.
Pendidikan yang Menantang
Spesialisasi obgyn menuntut ketahanan fisik dan mental yang tinggi selama masa pendidikan. "Wajar jika dulu lebih banyak pria yang memilih bidang ini, meskipun sekarang tren dokter perempuan juga meningkat," tambahnya.
Etika Profesi: Beda Oknum, Beda Profesi
Terkait kasus dokter yang menjadi perbincangan, Yudi menegaskan bahwa kejadian tersebut seharusnya menjadi momentum evaluasi etik dan disiplin profesi.
"Oknum yang menyimpang tidak boleh dianggap mewakili seluruh profesi dokter kandungan laki-laki," ujarnya.
Ia juga menambahkan bahwa masih banyak dokter laki-laki yang bekerja dengan penuh dedikasi, menjaga etika, dan memelihara kepercayaan pasien.
"Tidak adil jika kepercayaan terhadap dokter laki-laki hilang hanya karena ulah satu orang. Yang bermasalah itu oknumnya, bukan profesinya," tegas Yudi. (*)