MALANG, DISWAYMALANG.ID -- Mobile World Congress (MWC) yang diadakan pada (03/03) adalah ajang teknologi terbesar di dunia yang berfokus pada inovasi dalam industri seluler, jaringan, dan digital. Setiap tahun, acara ini menjadi tempat bagi perusahaan teknologi global untuk memperkenalkan tren terbaru, dari perangkat keras hingga pengembangan software yang akan membentuk masa depan industri digital. MWC 2025 menjadi titik balik bagi banyak teknologi, salah satunya adalah cloud gaming.
Cloud gaming telah menjadi pembahasan utama dalam industri game dalam beberapa tahun terakhir. Dengan teknologi yang terus berkembang, MWC 2025 menjadi panggung bagi perusahaan besar seperti NVIDIA, Xbox, dan PlayStation dalam menunjukkan bagaimana layanan gaming berbasis cloud akan menjadi standar di masa depan. Dengan koneksi 6G yang semakin matang, server lebih kuat, dan infrastruktur yang lebih stabil, cloud gaming bisa jadi masa depan industri game.
Indonesia sebagai salah satu pasar gaming terbesar di Asia Tenggara juga perlu memperhatikan perkembangan ini. Dengan lebih dari 35 juta gamer online aktif dan industri gim yang menghasilkan pendapatan lebih dari USD 1,6 miliar pada tahun 2024, cloud gaming bisa menjadi peluang besar. Namun, tantangan infrastruktur, kecepatan internet, serta kesiapan masyarakat juga menjadi faktor penting yang harus diperhitungkan.
Tapi bagaimana perkembangannya? Dan yang lebih penting, apa dampaknya bagi Indonesia? Berikut adalah sembilan aspek utama yang perlu diperhatikan.
1. Evolusi Cloud Gaming dengan Koneksi 6G
Dengan hadirnya teknologi 6G, latensi dalam cloud gaming dapat diminimalkan hingga hampir nol, memungkinkan pengalaman bermain yang lebih responsif dan real-time. Kecepatan transfer data yang mencapai terabit per detik membuka peluang untuk streaming game dengan resolusi ultra-tinggi tanpa hambatan. Menurut laporan GSMA (Global System for Mobile Communications) Intelligence, 6G diperkirakan akan memiliki kecepatan puncak hingga 1 Tbps, jauh lebih cepat dibandingkan 5G yang saat ini hanya mencapai 10 Gbps.
Di Indonesia, teknologi ini bisa menjadi solusi bagi para gamer yang ingin menikmati game level "AAA" tanpa harus membeli perangkat keras mahal. Dengan 6G, smartphone standar pun bisa memainkan game kelas berat yang sebelumnya hanya bisa diakses di PC atau konsol high-end. Namun, kesiapan infrastruktur masih menjadi tanda tanya besar.
2. Investasi Perusahaan Teknologi dalam Infrastruktur Cloud
Perusahaan seperti NVIDIA dengan GeForce Now, Microsoft dengan Xbox Cloud Gaming, dan Sony dengan PlayStation Now, melalui MWC akan terus berinvestasi dalam infrastruktur cloud mereka. Mereka membangun pusat data di berbagai lokasi strategis untuk memastikan layanan yang andal dan cepat.
Indonesia masih tertinggal dalam pengembangan pusat data untuk gaming. Hingga tahun 2024, jumlah pusat data besar di Indonesia baru mencapai 94 fasilitas, sementara Singapura memiliki lebih dari 70 meskipun luas negaranya jauh lebih kecil. Kehadiran pusat data lokal atau regional dapat mengurangi latensi dan meningkatkan kualitas layanan cloud gaming bagi para gamer di tanah air.
3. Pertumbuhan Industri Game di Indonesia
Indonesia merupakan pasar game yang signifikan di Asia Tenggara. Pada tahun 2024, jumlah gamer online aktif di Indonesia mencapai sekitar 35 juta orang, dengan pendapatan industri gim lebih dari USD 1,6 miliar. Indonesia berada di peringkat ke-16 dunia dalam pendapatan industri gaming, dan diprediksi akan terus tumbuh seiring dengan meningkatnya kualitas internet dan perangkat gaming.
Melalui MWC 2025, cloud gaming menjadi lebih terjangkau, angka penggunaan berpotensi meningkat pesat, karena gamer tidak lagi harus mengandalkan perangkat mahal untuk bermain game kelas atas. Ini juga akan membuka pasar bagi gamer di daerah yang selama ini kesulitan mengakses hardware mahal.
4. Tantangan Infrastruktur Internet di Indonesia
Walau pemaksimalan Cloud Gaming akan muncul melalui MWC 2025, Indonesia masih menghadapi tantangan dalam hal kecepatan dan stabilitas internet. Pada Oktober 2024, median kecepatan unduh internet mobile nasional hanya 29,34 Mbps, menempatkan Indonesia di peringkat ke-2 terbawah dari 8 negara ASEAN yang disurvei. Padahal, untuk cloud gaming yang optimal, minimal dibutuhkan kecepatan 50 Mbps dengan latensi di bawah 20 ms.
Saat ini, hanya kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Bandung yang memiliki koneksi internet memadai untuk cloud gaming. Di luar itu, pengguna sering menghadapi lag dan buffering, yang menjadi kendala utama dalam adopsi cloud gaming secara luas.
5. Upaya Pemerintah dalam Meningkatkan Infrastruktur Digital
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) telah merancang program untuk mendukung perkembangan infrastruktur digital, hal ini dapat menjadi jawaban untuk keep up dengan teknologi dari MWC. Hingga 2024, cakupan jaringan 4G di Indonesia telah mencapai 96 persen wilayah, sementara jaringan 5G masih dalam tahap pengembangan dengan cakupan sekitar 6 persen di kota-kota besar.
Langkah ini diharapkan dapat mendukung ekosistem cloud gaming di masa depan. Namun, untuk benar-benar mengadopsi cloud gaming secara luas, kecepatan internet di seluruh Indonesia harus meningkat drastis.
6. Potensi Ekonomi dari Cloud Gaming
Dengan infrastruktur yang memadai, cloud gaming dapat menjadi sumber pendapatan baru bagi Indonesia. Pemerintah menargetkan pendapatan industri permainan tumbuh 70 persen pada tahun 2024 atau sekitar Rp 42,5 triliun. Dengan layanan berbasis cloud, model bisnis gaming bisa beralih dari penjualan perangkat keras ke layanan berbasis langganan, iklan, dan pembelian dalam aplikasi.