Guru Besar Kehutanan UB yang Juga Dijuluki Pendekar Mangrove dari Lampung

Jumat 28-02-2025,14:20 WIB
Editor : Agung Pamujo

Dengan universitas Jerman itu, Asihing mendapat kesempatan untuk melakukan penelitian tentang peran pemangku kepentingan dalam pengelolaan hutan bakau di Forest Policy and Nature Conservation, Jerman. Sekaligus, dia memperkenalkan konsep pengelolaan hutan mangrove yang dilakukan LMC. 

Konsep LMC  itu mendapat apresiasi dari pakar-pakar Jerman. Mereka menilai positif, sementara banyak pengelolaan hutan mangrove di penjuru dunia yang karut marut.

Pindah ke Malang 

Kiprah dalam pengelolaan mangrove di Lampung, membuat Asihing mendapat julukan Pendekar Mangrove dari Lampung. Dia dinilai berhasil memberi nilai tambah terhadap  lahan mangrove ratusan hektare yang semula tidak termanfaatkan. Termasuk, menjadikan contoh pengelolaan lahan mangrove yang ideal.

Namun, Asihing harus meninggalkan kiprah dan konsennya di LMC. Dia pindah ke Malang, antara lain terkait tugas suaminya, Asep Kusdinar (kini Kepala Bakorwil III Jatim). Dia masuk ke Universitas Brawijaya di Fakultas Pertanian. 

Pindah ke UB, bukan berarti kiprah Asihing dalam hal pengelolaan hutan berakhir. Sebaliknya, dia kembali menemukan obyek baru. Yakni, lahan berupa kawasan hutan milik UB.

Sebagai bagian dari tugas akademisnya di UB, sejak itu dia pun mengalihkan kiprahnya ke pengelolaan UB Forest (sebutan untuk kawasan hutan UB). Dia antara lain juga terlibat dalam kerjasama pengelolaan hutan antara UB Forest dan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS). 

Dia juga beberapa kali ditunjuk menjadi wakil UB Forest dalam berbagai konferensi tentang kehutanan. Baik di dalam negeri, maupun luar negeri. Termasuk, menjadi pembicaraan dalam seminar dan diskusi terkait pengelolaan hutan.

Asihing yang meraih doktor di bidang pengelolaan kehutanan dari IPB juga aktif menulis jurnal internasional. Termasuk, menerbitkan buku tentang kehutanan.


Prof. Asihing dan keluarga usai pengukuhan sebagai guru besar UB--Istimewa

Tahun 2011, dia sudah menulis buku Manajemen Hutan Mangrove yang masuk katagori best seller. Buku yang diterbitkan IPB Press ini bahkan sampai di Australia. Hingga kini, sudah empat buku karya penggemar anggrek ini yang sudah diterbitkan. Buku ke-empatnya adalah Kelembagaan Pengelolaan Hutan Mangrove yang diterbitkan IPB Press tahun 2024.

Selain itu, Asihing juga terus melakukan riset dan pengembangan konsep pengelolaan hutan, dengan menjadikan UB Forest sebagai laboratorimnya. Hingga terbaru, risetnya tentang pengelolaan hutan dengan konsep berkelanjutan dan disesuaikan karakteristik, menjadi salah satu pengantar dia untuk dikukuhkan sebagai Guru Besar UB di bidang Pengelolaan Hutan.

Apa kata Prof. Asihing atas amanah barunya sebagai profesor aktif ke-33 di FP UB ini? 

"Bismillah, kuat dan bermanfaat," begitu tulisnya di akun instagramnya.

Selamat, Prof... (*)

 

Kategori :