LOWOKWARU, DISWAYMALANG.ID--Air bersih adalah kebutuhan dasar manusia, namun akses terhadap air layak konsumsi masih menjadi tantangan di Indonesia.
Berdasarkan laporan UNICEF, sekitar 70 persen rumah tangga di Indonesia menggunakan air yang tercemar limbah tinja. Termasuk air isi ulang yang sering menjadi pilihan karena lebih praktis dan terjangkau.
Data dari Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa hanya 11 persen depot air minum isi ulang di Indonesia memenuhi standar keamanan yang ditetapkan. Lebih dari 50 persen depot diketahui mengandung bakteri berbahaya, termasuk Escherichia coli (E. coli), yang menjadi penyebab utama penyakit diare.
E. coli adalah bakteri yang umumnya ditemukan dalam limbah manusia dan hewan. Jika masuk ke tubuh melalui air minum yang tidak steril, bakteri ini dapat menyebabkan diare berat, muntah, kram perut, dan dehidrasi.
Bahkan, pada kasus tertentu, komplikasi yang lebih serius bisa terjadi. Lebih mengkhawatirkan lagi, dampak lain dari bakteri ini adalah sekitar 15persen kasus dapat berkembang menjadi masalah stunting pada anak-anak.
Penyebab Pencemaran
Air isi ulang sering kali berasal dari sumber air tanah yang belum diolah dengan benar. Selain itu, sanitasi depot air isi ulang yang buruk memperbesar risiko kontaminasi.
Data menunjukkan bahwa depot dengan pengolahan air yang tidak steril menjadi penyebab 70 persen kasus infeksi bakteri pada pengguna air isi ulang.
Langkah-Langkah Mengurangi Risiko
Untuk mencegah dampak negatif dari air isi ulang yang tercemar, masyarakat dapat mengambil langkah-langkah berikut:
1. Memilih Depot Terpercaya: Pastikan depot memiliki izin resmi dari pemerintah dan secara rutin diaudit untuk kebersihannya.
2. Penyaringan Air Tambahan: Gunakan alat filter air di rumah untuk mengurangi partikel berbahaya.
3. Merebus Air: Meskipun tidak menghilangkan logam berat, merebus air bisa membunuh bakteri berbahaya.
4. Edukasi Kesehatan: Tingkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya air bersih dan cara memilih sumber air yang aman.
Solusi untuk Masyarakat