TUMPANG, DISWAYMALANG.ID--Pemandian Sumberingin merupakan salah satu destinasi wisata air yang memiliki nilai sejarah panjang di Kabupaten Malang. Berdiri sejak tahun 1880-an (145 tahunan yang lalu, red), sumber air ini kali pertama ditemukan oleh tokoh pendiri Desa Wringinsongo, Mbah Cebong atau Ki Abunawas, yang kemudian menjadi kepala desa pertama.
Mata air jernih tersebut muncul dari bawah pohon beringin besar, yang pada awalnya dimanfaatkan secara pribadi sebelum akhirnya berkembang menjadi pemandian umum dan destinasi wisata. Seiring waktu, Pemandian Sumberingin menjadi salah satu tempat favorit masyarakat karena keindahan alamnya dan keberadaan Pohon Beringin Raksasa yang berdiri megah di tengah kawasan.
Namun, pada November 2017, pohon ikonik tersebut tumbang akibat faktor usia dan cuaca ekstrem. Peristiwa itu menjadi titik terberat dalam perjalanan wisata Sumberingin karena berdampak langsung pada menurunnya jumlah pengunjung dan aktivitas ekonomi warga sekitar.
Dikelola BUMDes, Wisata Mulai Bangkit
Manajer Pemandian Sumberingin Bambang Wijanarto yang telah menjabat hampir tiga tahun menjelaskan, sejak 2018 pengelolaan pemandian secara bertahap dialihkan kepada Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Langkah ini menjadi upaya strategis untuk menghidupkan kembali wisata yang sempat kehilangan daya tarik utamanya.
Pada tahun 2020, melalui musyawarah desa dan dukungan penuh masyarakat, pembangunan infrastruktur mulai dilakukan dengan memanfaatkan Dana Desa. Area wisata diperluas hingga kurang lebih 5.000 meter persegi, disertai pembenahan fasilitas utama untuk meningkatkan kenyamanan pengunjung. Kolam pemandian juga rutin dikuras dua hingga tiga kali dalam seminggu untuk menjaga kebersihan air.
“Walaupun ikon utama kami sudah tidak ada, kami percaya Sumberingin masih punya potensi alam yang luar biasa dan tidak boleh mati,” ujar Bambang saat ditemui Disway Malang, Minggu (21/12).
Fasilitas Lengkap dan Pengunjung Terus Meningkat
Saat ini, Pemandian Sumberingin tidak hanya menawarkan kolam pemandian alami, tetapi juga dilengkapi dengan berbagai fasilitas penunjang antara lain:
- Camping Ground
- Outbond Area
- Café Archiemedes
- UMKM
- Toko souvenir dan oleh-oleh
Harga tiket masuk pun masih terjangkau, yakni Rp7.000 pada hari biasa dan Rp10.000 saat akhir pekan. Tersedia pula paket untuk pelajar dengan harga Rp5.000 untuk hari biasa dan Rp7.000 untuk akhir pekan dengan ketentuan minimum 50 pelajar dari lembaga yang sama.
Lahan parkir yang disediakan juga luas, muat untuk banyak kendaraan roda dua dan roda empat.
Seiring pembenahan yang dilakukan, jumlah pengunjung menunjukkan angka yang signifikan dengan rata-rata sekitar 2.000 pengunjung per minggu. Terutama saat musim libur sekolah dan menjelang Natal dan Tahun Baru.
“Kalau hari biasa biasanya komunitas ibu-ibu olahraga, sedangkan akhir pekan ramai keluarga dan anak-anak sekolah yang libur,” jelas Bambang.
Dampak Positif bagi Perekonomian Desa
Selain menjadi destinasi wisata, keberadaan Pemandian Sumberingin juga memberi dampak sosial bagi masyarakat sekitar. Seluruh pekerja di kawasan wisata ini merupakan warga asli Desa Wringinsongo. Sehingga membuka peluang kerja bagi generasi muda tanpa harus merantau ke luar kota.
Tak hanya fisik, aspek teknologi juga disentuh melalui kemitraan strategis. Banyak bantuan mulai riset-riset, Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMh), turbin air, hingga Penerangan Jalan Umum (PJU).
"Kami merasa sangat terbantu bermitra dengan Polinema. Itu benar-benar memudahkan operasional kami," ujar Bambang.