Museum Singhasari Jadi Lokasi Utama Program 'Museum Capture', Dorong Pembaruan Narasi Sejarah

Jumat 12-12-2025,18:48 WIB
Reporter : Abdul Halim
Editor : Abdul Halim

SINGOSARI, DISWAYMALANG.ID–Museum Singhasari di Kabupaten Malang menjadi tuan rumah pelaksanaan Terasaintek: Museum Capture, program edukasi budaya yang diinisiasi Direktorat Jenderal Sains dan Teknologi bersama tim peneliti Universitas Brawijaya. Museum ini dipilih dari sekitar 340 museum yang telah diteliti di Jawa dan Bali karena memiliki keterkaitan kuat dengan riset sejarah Kerajaan Tumapel dan Singhasari.

Program tersebut menyoroti pentingnya pembaruan cara museum menyampaikan narasi sejarah. Tim Terasaintek menilai banyak museum masih menampilkan sejarah bangsa melalui perspektif kolonial. Melalui kegiatan ini, narasi-narasi lama tersebut dikaji ulang dan dibuka ruang interpretasi baru yang lebih inklusif serta dekat dengan identitas budaya lokal.

Ketua proyek Terasaintek I Wayan Suyadnya menyampaikan, pembaruan narasi diperlukan agar museum tidak lagi terpaku pada visualisasi kolonial, termasuk dalam menggambarkan tokoh-tokoh sejarah seperti Ken Dedes. Ia menekankan pentingnya menampilkan sejarah melalui sudut pandang masyarakat lokal yang lebih beragam.

Sebagai museum dengan koleksi dan narasi lengkap mengenai Kerajaan Singhasari, Museum Singhasari dinilai memiliki potensi besar mendukung upaya tersebut. Pengunjung dapat mempelajari asal-usul Tumapel, kisah Ken Arok dan Ken Dedes, serta perkembangan budaya dan politik kerajaan. Koleksi, diorama, dan materi visual membantu penyampaian sejarah menjadi lebih runtut dan mudah dipahami.

Kegiatan yang berlangsung Kamis (11/12) itu juga dimanfaatkan mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) untuk menguatkan kampanye Public Relations bertema “Unveiling the Unexpected" (Mengungkap Hal yang Tak Terduga) dengan big idea “Singhasari Hits Different Story” (Singhasari Menghadirkan Cerita Berbeda).

Mereka menonjolkan Museum Singhasari sebagai museum dengan pengalaman kunjungan yang berbeda, sekaligus sebagai ruang rekonstruksi cerita dan inovasi visual. Pelaksanaan Terasaintek disebut memperkuat pesan kampanye tersebut lewat praktik langsung pembaruan cara bercerita sejarah.

Dalam rangkaian kegiatan, tim Terasaintek juga memperkenalkan Museum Mustaka, museum simulasi pengetahuan yang dirancang sebagai pintu pembuka bagi masyarakat sebelum mengunjungi museum fisik. Inovasi ini diharapkan dapat meningkatkan minat generasi muda terhadap warisan sejarah Singhasari.

Kegiatan berjalan dinamis dan mendapat respons positif peserta. Penggunaan teknologi visual dalam penyampaian materi dinilai efektif membuat sejarah terasa lebih hidup dan mudah dipahami oleh berbagai kalangan, mulai dari anak-anak hingga dewasa.

Mahasiswa UMM yang turut melakukan peliputan di lokasi mencatat bagaimana kegiatan ini selaras dengan kampanye komunikasi yang mereka jalankan untuk Museum Singhasari. Keterlibatan mereka menjadi bagian dari proses pembelajaran sekaligus mendorong museum semakin dikenal sebagai ruang edukasi sejarah yang relevan dengan perkembangan zaman. 

Tags :
Kategori :

Terkait