1 tahun disway

29 Mei Hari Raya Kenaikan Yesus Kristus, tentang Kasih Tuhan yang Tak Pernah Meninggalkan!

29 Mei Hari Raya Kenaikan Yesus Kristus, tentang Kasih Tuhan yang  Tak Pernah Meninggalkan!

Hari Kenaikan Yesus Kristus Sebagai Penanda Bab Baru Kehidupan Manusia Untuk "Diangkat" dan Bersatu Bersama-Nya-pinterest-

MALANG, DISWAYMALANG.ID -- Hari ini, langit dipandang lebih khusyuk dari biasanya. Bukan karena awan menggantung lebih pekat atau matahari bersinar lebih lembut, tapi karena umat Kristen dan Katolik di seluruh dunia memperingati satu peristiwa besar dalam hidup Yesus: Hari Raya Kenaikan Tuhan.

Ini adalah peristiwa spiritual yang dalam—tentang cinta yang tidak pernah meninggalkan, tentang Tuhan yang kembali ke tempat asal-Nya, tapi tanpa benar-benar berpisah dari manusia.

Suaranya masih bergema di kepala, teladannya membekas di hati. Begitu kira-kira perasaan para rasul waktu itu. Mereka melihat Yesus terangkat ke langit, tersembunyi dalam awan, simbol kehadiran Tuhan dalam Alkitab. Tapi yang tertinggal bukan kehampaan—melainkan harapan.

Kalau Natal adalah tentang kelahiran harapan, Paskah adalah kemenangan atas maut, maka Kenaikan adalah tentang pengangkatan martabat manusia ke surga bersama Tuhan.

Yesus naik bukan untuk meninggalkan. Ia naik supaya manusia bisa terangkat juga—bukan secara fisik, tapi secara spiritual.

Yang ilahi merangkul yang fana. Yang tak terlihat menyatu dengan yang terbatas.

1. Hari ke-40: Bukan Sekadar Angka

Setelah kebangkitan-Nya di hari Paskah, kalender liturgi mengarahkan ke hari ke-40: Hari Raya Kenaikan Tuhan. Di sinilah kisah tentang Yesus yang naik ke surga digenapi. Hari ini dirayakan oleh umat nasrani di seluruh dunia, setara pentingnya dengan Natal, Paskah, dan Pentakosta.

Tapi ini bukan hanya soal “Yesus terbang ke atas awan.” Bukan sekadar drama surgawi dengan efek spesial. Di balik peristiwa ini, ada makna yang dalam: pemuliaan Kristus, kemenangan-Nya atas kematian.

2. Dari Langit ke Hati: Lebih Dekat daripada Sebelumnya

Menurut Kitab Kisah Para Rasul, Yesus selama 40 hari menampakkan diri kepada para rasul. Memberi pengajaran. Menguatkan hati. Lalu, Ia terangkat di hadapan mereka, tersembunyi oleh awan—simbol kehadiran ilahi dalam Alkitab.

Namun Injil Yohanes memotret momen ini secara berbeda. Dalam narasi Yohanes, pemuliaan Yesus seolah langsung terjadi sejak kebangkitan. Bukan tentang “ke mana Yesus pergi,” tetapi “bagaimana relasi kita berubah.”

3. Naik, Tapi Tak Meninggalkan

“Dia naik ke surga,” begitu bunyi pengakuan iman para rasul. Tapi, apakah Ia benar-benar meninggalkan dunia? Justru sebaliknya. Ia bersama kita di bumi melalui kuasa dan kasih-Nya, dan kita bersama Dia di surga melalui cinta kita.

Kita memang masih hidup di dunia. Tapi cinta kita—melalui iman—sudah menyatu dengan Kristus yang duduk di sebelah kanan Bapa. Di surga. Artinya: hidup kita sudah ditarik ke atas. Didorong untuk menatap hal-hal yang kekal, bukan hanya yang fana.

4. Lilin yang Padam, Cahaya yang Menyala

Dalam tradisi liturgi Gereja Barat, ada simbol yang unik: lilin Paskah yang dinyalakan saat Paskah, akan dipadamkan setelah Injil dibacakan di Hari Kenaikan. Simbol bahwa Kristus telah “pergi.”

Tapi jangan salah tafsir. Liturgi bukan tentang sedih. Malah sebaliknya. Sepuluh hari dari Kenaikan sampai Pentakosta disebut Ascensiontide—masa penuh sukacita. Karena ini bukan akhir. Ini adalah awal dari peran baru Kristus sebagai Raja yang memerintah dari surga.

5. Dari Bukit Zaitun ke Dinding Gereja

Kisah Kenaikan bukan hanya hidup dalam teks, tapi juga dalam seni. Dalam kesenian Kristen awal abad ke-5, Yesus digambarkan naik dari samping, mendaki bukit, lalu tangan Bapa dari awan menarik-Nya ke atas.

img1

Versi ini populer di Barat sampai abad ke-11. Lalu seni Byzantium menawarkan wajah baru: Yesus berdiri frontal dalam mandorla (aureola berbentuk almond), diangkat para malaikat.

7x10cm

6. Kristus Bangkit dan Berkedudukan

Dalam seni Barat abad ke-12, Yesus digambarkan dengan luka-Nya masih terlihat. Tangan terbuka. Dikelilingi cahaya. Tapi tidak selalu bersama malaikat. Ia tidak lagi “diangkat,” tapi “naik dengan kekuatan-Nya sendiri.” Ini bukan Yesus yang dijemput, tapi Yesus yang berkuasa penuh atas surga.

The Ascension in Art

Seni menjadi pengingat bahwa Kenaikan adalah kemenangan, bukan kepergian. Ini pengangkatan, bukan pemisahan. Ia naik bukan meninggalkan kita, tapi mempersiapkan tempat bagi kita.

7. Anak - Anak Allah Bersatu Dengan-Nya

Tak seorang pun naik ke surga kecuali Kristus, karena kita semua adalah bagian dari Kristus. Artinya: Kristus itu Sang Anak Manusia karena bersatu dengan kita, dan kita adalah anak-anak Allah karena bersatu dengan Dia.

Jadi meski hanya Yesus yang naik, Umat Kristiani dibawa bersama-Nya. Kepala dan tubuh tidak bisa dipisahkan. Itulah misteri iman. Satu tubuh. Satu destinasi.

 

Perayaan ini bukan epilog. Ini prolog. Sebab setelah Kenaikan, muncullah bab baru: Pentakosta. Turunnya Roh Kudus. Kristus pergi secara fisik agar Roh hadir secara spiritual.

Dan dalam Roh itulah, kita dipanggil untuk hidup tidak hanya sebagai pengikut yang menatap ke langit, tapi sebagai utusan yang bergerak di bumi. “Mengapa kamu menatap ke langit?” tanya malaikat dalam Kisah Para Rasul. Artinya: misi belum selesai.

Yesus naik ke surga. Tapi itu bukan perpisahan. Itu adalah kepastian bahwa surga kini terbuka, dan cinta-Nya menjangkau kita dari atas sana. Dalam kata-kata yang lembut namun kuat: Sebab Ia tetap di sini dengan kuasa-Nya, dan kita sudah bersama Dia dengan cinta kita.

Maka, marilah kita tidak hanya menatap ke langit. Tapi juga menatap ke dalam hati. Di sanalah Dia kini tinggal. Dan dari sanalah kita diangkat untuk suatu hari ikut naik bersama-Nya.

Selamat Hari Kenaikan Tuhan!

Sumber: britannica