1 tahun disway

Kala Sal Priadi Eksplor Ke-Malang-annya Lewat Walikan dalam Malang Suantai Sayang

Kala Sal Priadi Eksplor Ke-Malang-annya Lewat Walikan dalam Malang Suantai Sayang

Cuplikan foto video klip lagu terbaru Sal Priadi "Malang Suantai Sayang"--Sal Priadi

MALANG, DISWAYMALANG.ID-- Malang, kota dingin yang dikenal dengan keramahan dan pemandangan alamnya, kini kembali hangat diperbincangkan.

Bukan hanya karena destinasi wisatanya, melainkan berkat sebuah lagu yang puitis dan mengena dari musisi lokal, Sal Priadi.

Lagu berjudul "Malang Suantai Sayang" ini tidak hanya menghipnotis pendengar dengan melodi syahdu..Tetapi juga menjadi "surat cinta" yang memperkenalkan identitas unik Malang, termasuk bahasa walikan yang khas.

Bahasa Walikan: Alat Komunikasi dan Identitas yang Unik

Menurut Nasrullah selaku dosen Ilmu Komunikasi dari Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), bahasa walikan memiliki sejarah panjang dan menjadi ciri khas yang tak terpisahkan dari masyarakat Malang.


Nashrullan dosen Ilmu Komunikasi UMM--komunikasi.umm.ac.id

"Bahasa walikan ini unik. Dia menjadi alat komunikasi sekaligus identitas budaya Malang," ujarnya. Sebagai salah satu ciri budaya yang manifes atau terlihat, bahasa walikan mudah diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Namun, Nasrullah mengoreksi anggapan umum yang seringkali salah. "Bahasa itu verbal, bukan non-verbal." Ia menjelaskan, bahasa walikan bukanlah bahasa utama, melainkan subkultur bahasa yang hidup berdampingan dengan bahasa sehari-hari.

Keunikannya terletak pada variasi morfologi dan struktur kata yang tidak bisa dibalik sembarangan, seperti kata "kodew" (perempuan) yang berasal dari kebalikan kata Jawa "wedok", bukan "naupmerep" dari bahasa Indonesia, perempuan.

"Kalau bukan orang Malang, mencoba-coba asal membalik kata pasti kelihatan kagoknya," tambahnya, menegaskan betapa otentiknya bahasa ini bagi penduduk asli.

Cerdas Bermusik untuk Merangkul Identitas Kota

Dalam pandangan Nasrullah, Sal Priadi tidak hanya menciptakan lagu tentang Malang, melainkan "mencerdaskan" musiknya.

"Alunannya Malang banget," katanya. Melalui lagu ini, Sal berhasil menangkap esensi Malang tidak hanya melalui lirik, tetapi juga nuansa musiknya.

Ia menyatukan dua karakter komunikasi yang sebetulnya berlawanan: kolektivisme dan komunikasi konteks rendah.

Kultur kolektivisme di Malang, yang digambarkan dengan sikap guyub dan akrab, biasanya identik dengan gaya komunikasi yang penuh basa-basi atau high context.

Namun, Sal berhasil menunjukkan sisi lugas dan jujur yang juga dimiliki arek Malang. Gabungan unik inilah yang membuat lagu ini tidak hanya sekadar promosi kota, tetapi juga "promosi" karakter budaya yang ada di dalamnya.

Lagu Populer: Bukan Tren Baru, Tapi Berkarakter

Sumber: