1 tahun disway

Momen Hari Demokrasi Internasional, Saat Teknologi jadi Senjata Dua Mata bagi Demokrasi

Momen Hari Demokrasi Internasional, Saat Teknologi jadi Senjata Dua Mata bagi Demokrasi

Ilustrasi demokrasi digital--jurnalpost.com

MALANG, DISWAYMALANG.ID--Hari Demokrasi Internasional yang diperingati setiap 15 September memberi kesempatan bagi seluruh elemen masyarakat untuk menegaskan kembali pentingnya partisipasi rakyat dalam pembangunan pemerintahan yang demokratis, adil, dan berkelanjutan.

Namun pada era digital ini, demokrasi bukan lagi hanya soal kotak suara dan kursi parlemen, melainkan juga soal teknologi. Media sosial dan komunikasi digital diibaratkan pedang bermata dua. Di satu sisi membuka ruang partisipasi, namun di sisi lain menebar ancaman melalui hoax, polarisasi, dan ujaran kebencian.

BACA JUGA:Spektrum Politik Anak Muda Indonesia 2025: Progresif Dominan, Didukung oleh Dorongan Perubahan dan Teknologi

Teknologi sebagai Katalis Demokrasi

Perkembangan teknologi informasi telah memungkinkan masyarakat menjadi lebih aktif dalam proses demokrasi. Seperti akses informasi yang lebih cepat, kemampuan untuk ikut serta dalam diskusi politik secara online, kampanye digital, serta penggunaan media sosial sebagai sarana partisipasi warga.

Generasi muda, khususnya Gen Z, menjadi contoh riil bagaimana teknologi mengubah wajah demokrasi. Dengan teknologi, Gen Z tidak hanya sebagai pemilih atau pendengar, tapi juga sebagai produsen konten dan opini politik.

BACA JUGA:15 September Hari Demokrasi, Momen untuk Menilai Apakah Kebebasan Berekpresi dan Partisipasi Rakyat Sudah Oke

Hoax, Disinformasi, dan Polarisasi

Fenomena hoax, disinformasi, dan polarisasi ini ibarat racun yang pelan-pelan menggerogoti kualitas demokrasi. Jika tidak dikendalikan, maka demokrasi digital justru bisa berubah menjadi demokrasi ilusi.

Kebebasan berpendapat dibajak oleh informasi palsu dan kebencian yang terstruktur. Karena informasi palsu yang disebarkan melalui platform digital sering kali lebih cepat menyebar dibandingkan fakta, terutama jika dibalut dengan narasi yang emosional.

BACA JUGA:Bangga! Se'Indonesia Jadi Satu-satunya Brand F&B Indonesia di Forbes Asia 100 to Watch

Dampak terhadap Demokrasi

Perkembangan teknologi digital memberi dampak besar pada demokrasi. Arus informasi yang bercampur dengan hoax dan disinformasi membuat kepercayaan publik terhadap lembaga negara dan media menurun. Media sosial juga sering memicu ketegangan sosial melalui konten provokatif yang memperdalam polarisasi politik.

Partisipasi masyarakat memang lebih mudah, namun sering berhenti pada aktivisme digital yang dangkal, seperti kampanye hashtag tanpa aksi nyata. Jika tidak diimbangi literasi digital, demokrasi bisa kehilangann kualitasnya sebagai sistem yang menjunjung partisipasi kritis dan bertanggung jawab.

Upaya dan Solusi

Menghadapi tantangan demokrasi digital, literasi digital harus diperkuat agar masyarakat mampu memilah informasi, memverifikasi sumber, dan menghindari jebakan hoax. Di sisi lain, regulasi yang jelas serta kerja sama pemerintah, lembaga pengawas, dan platform digital juga diperlukan untuk mengendalikan penyebaran disinformasi tanpa mengorbankan kebebasan berpendapat.

Hari Demokrasi Internasional ini mengingatkan bahwa teknologi memang memperluas ruang demokrasi, tapi juga punya sisi gelap jika dibiarkan tanpa kontrol. Demokrasi digital idealnya bukan hanya soal siapa yang lebih viral, tapi soal siapa yang lebih benar dan adil.

Teknologi adalah pedang bermata dua. Bagian kita sebagai masyarakat adalah memastikan bahwa pedang tersebut digunakan untuk melindungi, bukan melukai demokrasi.

Sumber: kemdiktisaintek.go.id