1 tahun disway

12 September Hari Purnawirawan dan HUT PEPABRI: Jejak Sejarah, Makna, dan Penghormatan untuk Pengabdi Bangsa

12 September Hari Purnawirawan dan HUT PEPABRI: Jejak Sejarah, Makna, dan Penghormatan untuk Pengabdi Bangsa

Presiden Joko Widodo (tengah) menghadiri Silaturahmi Nasional (Silatnas) Persatuan Purnawirawan TNI AD (PPAD) di Sentul International Convention Center (SICC), Bogor, Jawa Barat, Jumat (5/8/22).--ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto

MALANG, DISWAYMALANG.ID-- Setiap tanggal 12 September, bangsa Indonesia menundukkan kepala sejenak untuk mengenang dan menghormati jasa para purnawirawan TNI/Polri, sekaligus memperingati hari lahir Persatuan purnawirawan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (PEPABRI).

Momen ini bukan hanya sekadar seremoni tahunan, melainkan penanda bahwa pengabdian seorang pejuang tidak pernah berakhir meskipun seragam telah ditanggalkan.

Latar Sejarah Lahirnya PEPABRI

Akar sejarah PEPABRI dapat ditelusuri sejak awal tahun 1950-an. Pada masa itu, pemerintah Indonesia menerapkan kebijakan rehabilitasi dan rasionalisasi angkatan bersenjata.

Kebijakan ini membuat banyak prajurit dan pejuang kemerdekaan harus keluar dari dinas aktif. Namun, kehidupan setelah purna tugas tidak selalu mudah.

Banyak mantan pejuang yang menghadapi kesulitan sosial dan ekonomi, bahkan merasa terpinggirkan setelah bertahun-tahun berkorban demi bangsa.

Keprihatinan inilah yang melahirkan sejumlah wadah solidaritas.

  • 1 September 1953, di Solo, berdirilah PPAPRI (Persatuan Pensiunan Angkatan Perang Republik Indonesia). Organisasi ini awalnya bersifat lokal, berfokus pada pensiunan TNI di wilayah Surakarta.
  • 12 April 1957, para pensiunan di Jakarta mendirikan PERPAPRI. Semangatnya tetap sama: menjaga kebersamaan dan memperjuangkan kesejahteraan purnawirawan.
  • 10 hingga 12 September 1959, digelar Kongres Nasional I di Kaliurang, Yogyakarta. Inilah titik penting, karena dari forum tersebut lahirlah keputusan monumental untuk mempersatukan organisasi-organisasi pensiunan ke dalam wadah nasional bernama PERPAPRI.

Seiring waktu, organisasi ini semakin mengakar dan mempertegas identitasnya. Pada Kongres Nasional II di Tretes, Jawa Timur tahun 1961, para purnawirawan menunjukkan sikap politik yang tegas dengan menolak konsep Nasakom yang kala itu berkembang di bawah pengaruh komunisme.

Transformasi Menjadi PEPABRI

Perjalanan menuju PEPABRI menemukan momentum pada April 1964 saat Kongres Nasional III di Lembang, Bandung. Di forum inilah lahir beberapa keputusan penting:

  • Pengintegrasian PPAKRI (Persatuan Pensiunan Angkatan Kepolisian Republik Indonesia) ke dalam wadah yang sama.
  • Penyatuan nama organisasi menjadi PEPABRI (Persatuan Purnawirawan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia).
  • Perubahan istilah “pensiunan” menjadi “purnawirawan”, sedangkan istri atau janda anggota yang gugur diberi sebutan “warakawuri”.
  • Penetapan 12 September sebagai Hari Purnawirawan sekaligus hari lahir PEPABRI.

Sejak saat itu, setiap tanggal 12 September memiliki makna ganda yakni sebagai momentum lahirnya wadah tunggal purnawirawan dan penghormatan atas jasa mereka.

Makna Peringatan Hari Purnawirawan

Hari Purnawirawan bukan hanya milik para mantan prajurit, melainkan juga milik bangsa Indonesia.

Ia menjadi pengingat bahwa kedaulatan negara yang kita nikmati hari ini tidak lepas dari pengorbanan para pejuang yang siap mempertaruhkan jiwa raga.

PEPABRI hadir sebagai simbol bahwa semangat pengabdian tidak berhenti di masa dinas.

Purnawirawan tetap berperan aktif dalam kehidupan sosial, politik, dan kebangsaan, sementara warakawuri menjadi saksi keteguhan hati dalam mendampingi perjuangan hingga akhir hayat pasangan mereka.

Dengan demikian, 12 September bukan hanya sekadar tanggal dalam kalender, melainkan tonggak sejarah perjalanan bangsa sebuah hari untuk merefleksikan jasa para pejuang dan meneladani semangat pengabdian mereka yang tak pernah purna.

Sumber: rri.co.id