1 tahun disway

Kenduri dan Wayang Kulit Warnai Dies Natalis ke-63 UB

Kenduri dan Wayang Kulit Warnai Dies Natalis ke-63 UB

Kenduri dan wayang kulit warnai dies natalis ke-63 UB. -humas ub--

LOWOKWARU, DISWAYMALANG.ID–Universitas Brawijaya (UB) menggelar acara Kenduri dan Pagelaran Wayang Kulit sebagai rangkaian peringatan Dies Natalis ke-63 pada Jumat malam (19/12/2025). Kegiatan ini berlangsung di GOR Pertamina UB dan menjadi ajang refleksi perjalanan institusi sekaligus penguatan jati diri bangsa melalui pelestarian budaya.

Hadir dalam kegiatan tersebut pimpinan universitas, dosen, tenaga kependidikan, mahasiswa, para purnatugas, alumni, serta masyarakat sekitar kampus.

Pagelaran wayang kulit malam tersebut mengusung lakon “Wahyu Brawijaya (Gatutkaca Tata-Tata)” yang dibawakan oleh Dalang Ki Riyatno Hanggendhali. Lakon ini sarat dengan pesan kepemimpinan, kebijaksanaan, serta nilai moral yang relevan dengan perjalanan UB sebagai institusi pendidikan tinggi.

Kemeriahan acara semakin terasa dengan dukungan karawitan IPUB Gita Raras dan FIA Raras Mekar Arum Universitas Brawijaya, serta kolaborasi Unitantri, alumni, dan Sanggar Seni Gumelaring Sasangka Aji. Selain itu, penampilan musik kolintang oleh Dharma Wanita UB turut menambah kekayaan nuansa budaya Nusantara dalam perayaan tersebut.

Ketua Pelaksana Dies Natalis ke-63 Prof Dr Hamidah Nayati Utami SSos MSi dalam sambutannya menyampaikan, perjalanan UB selama satu tahun terakhir penuh dengan dinamika, baik suka maupun duka. Menurutnya, peringatan Dies Natalis menjadi momentum untuk merefleksikan perjalanan tersebut sekaligus memperkuat kebersamaan seluruh sivitas akademika.

Ia juga menyoroti tradisi pemotongan tumpeng sebagai simbol kerukunan dan gotong-royong. “Tumpeng ini lambang gotong royong. Kita makan bersama-sama sebagai wujud persatuan seluruh sivitas akademika, mulai dari pimpinan, dosen, mahasiswa dalam negeri, hingga mahasiswa asing,” ujarnya.

Sambutan dilanjutkan oleh Rektor Prof Widodo SSi MSi PhD MedSc Ia menekankan pentingnya membangun kepercayaan diri sebagai bangsa besar dengan tidak melupakan kehebatan warisan budaya dan teknologi nenek moyang.

Menurut Rektor, bangsa Indonesia memiliki peradaban yang unggul, mulai dari teknologi metalurgi pada gamelan hingga arsitektur candi yang terbukti tahan gempa.

“Kita harus bangga dengan kemampuan kita. Melalui budaya, kita gugah kembali kepercayaan diri bahwa kita adalah bangsa besar yang mampu mandiri dan menyelesaikan masalah sendiri,” tegasnya sebelum membuka acara secara resmi.

Makna filosofis kenduri semakin diperdalam melalui penjelasan Makna Tumpeng oleh Dalang Ki Riyatno Hanggendhali. Dalam penuturannya, tumpeng dimaknai sebagai simbol permohonan manusia kepada Tuhan Yang Maha Esa, dengan warna putih yang melambangkan kesucian hati.

Ia menjelaskan, unsur-unsur pelengkap tumpeng merepresentasikan nilai iman, pengendalian diri, kebijaksanaan, silaturahmi, serta keseimbangan hidup. Selain itu, tumpeng juga mengandung filosofi lima unsur manusia, yakni wujud, rasa, hati, akal, dan nafsu.

Ki Riyatno menekankan pentingnya pengendalian empat jenis nafsu amarah, lawwamah, suphiyah, dan mutmainnah sebagai fondasi pembentukan pribadi yang beriman, bijaksana, dan berkarakter. Filosofi tersebut dinilai sejalan dengan visi Universitas Brawijaya untuk menjadi perguruan tinggi unggul yang berdaya guna bagi masyarakat, bangsa, dan dunia.

Dalam doanya, Ki Riyatno berharap UB mampu “menerangi langit dan merangkul jagad raya” sebagai universitas unggul di kancah global.

Acara dilanjutkan dengan sesi ramah tamah yang diikuti seluruh hadirin, dengan diiringi penampilan musik kulintang oleh Dharma Wanita Universitas Brawijaya. Dan puncak acara menampilkan karawitan dan pagelaran Wayang Kulit.

Panggung juga dimeriahkan oleh persembahan lagu dari mahasiswa asing serta kolaborasi dosen Fakultas Pertanian UB bersama sinden, yang semakin menegaskan semangat keberagaman dan kebersamaan dalam perayaan Dies Natalis ke-63 UB.

Sumber: humas ub