8 September Hari Literasi, Momen untuk Upgrade Kemampuan Mengolah dan Memanfaatkan Informasi
--
MALANG, DISWAYMALANG.ID - Setiap tanggal 8 September dunia memperingati Hari Literasi Internasional. Peringatan ini dijadikan sebagai momen pengingat bahwa kemampuan membaca dan menulis bukan sekadar keterampilan dasar. Literasi adalah fondasi pendidikan dan pembangunan.
Peringatan tersebut mengajak masyarakat untuk semakin peduli pada literasi. Sebab, itulah jalan menuju pengetahuan, kesempatan, dan masa depan yang lebih baik.
Berikut ini sejarah, makna, dan relevasi Hari Literasi Internasional di era digital.
1. Sejarah
Hari Literasi Internasional pertama kali ditetapkan oleh UNESCO pada tahun 1966 dan mulai diperingati sejak 1967
Penetapan tersebut lahir dari keprihatinan dunia pada tingginya angka buta pada masa itu, yang menjadi hambatan besar bagi pembangunan sosial dan ekonomi.
Hari Literasi Internasional menjadi cara UNESCO untuk menegaskan kepada seluruh warga dunia bahwa kemampuan membaca dan menulis adalah hak dasar setiap orang, bukan privilese.
Itu artinya, tiap negara bertanggung jawab atas akses individu terhadap literasi sebagai bekal untuk berpartisipasi aktif dalam kehidupan bermasyarakat. Juga, membuka peluang lebih lebar menuju masa depan yang layak.
2. Makna
Seiring berjalannya waktu, makna literasi tidak lagi terbatas pada kemampuan membaca dan menulis dasar saja.
Pada awalnya, fokus utama Hari Literasi Internasional memang pengentasan buta huruf agar setiap orang mampu memahami teks sederhana. Namun, perkembangan zaman membuat makna itu meluas.
Literasi kemudian dipahami secara fungsional, yakni sebagai keterampilan yang memungkinkan seseorang berpartisipasi aktif dalam kehidupan sosial dan ekonomi.
Kini, di era teknologi, literasi juga mencakup ranah digital, literasi media, dan literasi informasi. Tujuannya adalah membuat masyarakat mampu berpikir kritis, menyaring informasi, dan menjawab tantangan modernisasi.
Di Indonesia, tingkat melek huruf sebenarnya sudah tergolong tinggi, namun persoalan lain muncul: rendahnya minat baca.
Buku dan bacaan sering kali belum menjadi pilihan utama, kalah oleh gawai dan hiburan digital yang lebih instan.
Sumber: harian.disway.id
