1 tahun disway

Jejak Tradisi dalam Sepotong Kue Putu: Sejarah, Filosofi, dan Resep Lengkap

Jejak Tradisi dalam Sepotong Kue Putu: Sejarah, Filosofi, dan Resep Lengkap

Sejarah, filosofi, dan resep kue putu--Pinterest

MALANG, DISWAYMALANG.ID--Kue putu adalah salah satu jajanan tradisional Indonesia yang mudah dikenali dari bentuknya yang sederhana dan aroma khas yang muncul saat dimasak dengan uap. Dibuat dari tepung berasa yang dipadatkan dalam cetakan bambu, berisi gula merah, lalu disajikan dengan taburan kelapa parut, kue ini menghadirkan kehangatan dalam setiap gigitannya.

Meski hanya terbuat dari bahan-bahan sederhana, rasa manis gurihnya mampu memunculkan kenangan masa kecil bagi banyak orang. Tidak hanya soal rasa, kue putu juga menghadirkan daya tarik pada proses pembuatannya.

Suara sempritan uap yang nyaring menjadi tanda bahwa pedagang putu sedang beraksi, membuat siapa pun yang mendengarnya spontan mencari dari mana sumber suara itu berasal. Ditambah wangi bambu dan kelapa, menjadikan kue putu bukan sekadar makanan, tetapi pengalaman sensorik yang melekat kuat pada memori masyarakat Indonesia.

Sejarah Kue Putu

Penggiat Sejarah Jelajah Jejak Malang (JJM) Mochammad Antik mengatakan, kue khas Jawa ini sebenarnya bisa ditemukan di China Silk Museum. Kue ini sudah ada sejak 1200 tahun yang lalu, pada masa Dinasti Ming. Dulunya, kue ini disebut XianRoe Xiao Long, yaitu kue dari tepung beras yang diisi kacang hijau lembut yang dimasak dalam cetakan bambu.

Seiring waktu, kue ini berkembang dan dikenal sebagai putu setelah muncul dalam naskah sastra lama Serat Centhini yang ditulis pada 1814 masa Kerajaan Mataram. Dalam naskah tersebut diceritakan bahwa Ki Bayi Panurta meminta santrinya menyiapkan hidangan pagi berupa serabi dan puthu.

Pada masa itu, puthu identik sebagai kudapan pagi hari. Perubahan juga terjadi pada isiannya, dari kacang hijau menjadi gula jawa, yang saat itu lebih mudah ditemukan dan lebih cocok dengan selera masyarakat Jawa.

Filosofi Kue Putu

Filosofi kue putu tercermin dari proses pembuatannya. Uap yang perlahan mematangkan adonan menggambarkan ritme hidup yang sabar, tekun, dan tidak tergesa-gesa. Bunyi nyaring dari uapnya menjadi simbol pemanggil masyarakat untuk berkumpul, berbagi cerita, dan menikmati waktu bersama.

Kesederhanaan bahan dan proses yang tradisional mengajarkan bahwa kebahagiaan bisa ditemukan dalam hal-hal kecil yang dibuat dengan rasa ikhlas.

Bagi para pedagang, kue putu adalah cerminan perjuangan sehari-hari. Meski modalnya tidak besar, kue putu mampu menjadi sumber nafkah yang menghidupi keluarga mereka. Dari tangan mereka, kue putu bukan hanya sekadar kudapan, tetapi buki kerja keras, kreativitas, dan keteguhan hati menjaga tradisi.

Di tengah arus modernisasi, kue putu tetap hadir sebagai pengingat bahwa nilai-nilai luhur dan rasa kebersamaaan tidak pernah lekang oleh waktu.

Resep Kue Putu Sederhana

Alat dan Bahan

  • 250 g tepung beras
  • 150 g gula merah, sisir halus
  • Kelapa parut segar, beri sedikit garam
  • 2 lembar daun pandan
  • Garam secukupnya
  • Cetakan bambu atau pipa kecil
  • Kukusan

Cara Membuat

  1. Campur tepung beras dengan sejumput garam lalu aduk hingga rata.
  2. Masukkan daun pandan ke dalam kukusan untuk memberi aroma.
  3. Isi cetakan bambu dengan tepung beras setengah penuh, tembahkan gula merah, lalu tutup kembali dengan tepung.
  4. Kukus hingga up berbunyi dn kue mengembang.
  5. Sajikan selagi hangat dengan taburan kelapa parut.

Kue putu bukan hanya sekadar jajanan tradisional yang lezat, tetapi representasi budaya, sejarah, dan filosofi kehidupan masyarakat Indonesia. Dari asal-usulnya yang panjang hingga makna mendalam di balik proses pembuatannya, kue ini mengingatkan kita bahwa tradisi sederhana pun dapat menyimpan nilai yang sangat berharga.

Di tengah modernisasi yang terus bergerak cepat, kue putu hadir sebagai pengingat lembut bahwa kehangatan, kebersamaan, dan ketulisan adalah hal-hal yang patut dijaga.

Sumber: good news from indonesia