Hasil CKG Ungkap Fakta Baru, Kelainan Saluran Empedu Jadi Kasus Tertinggi pada Bayi Baru Lahir
Pada kategori bayi baru lahir, risiko kelainan saluran empedu menempati posisi teratas sebagai masalah kesehatan yang paling banyak ditemukan.-Disway/Hasyim Ashari---
JAKARTA, DISWAYMALANG.ID–Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia merilis temuan penting dari hasil pelaksanaan Program Cek Kesehatan Gratis (CKG) yang telah menjangkau jutaan masyarakat di seluruh Indonesia.
Data ini memberikan gambaran komprehensif mengenai profil kesehatan masyarakat di berbagai kelompok usia, dari bayi baru lahir hingga lansia.
Secara mengejutkan, pada kategori bayi baru lahir, risiko kelainan saluran empedu menempati posisi teratas sebagai masalah kesehatan yang paling banyak ditemukan.
BACA JUGA:8 Tersangka Kasus Korupsi Minyak Pertamina Telah Diserahkan ke Jaksa Penutut Umum
Fokus pada Bayi Baru Lahir: Kelainan Saluran Empedu Mendominasi
Berdasarkan data CKG yang dirilis dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) pada November 2025 risiko kelainan saluran empedu Atresia Bilier terdeteksi pada sekitar 18% hingga 19% dari total bayi baru lahir yang diperiksa dalam program CKG.
Temuan ini menjadi perhatian serius karena kelainan saluran empedu, terutama Atresia Bilier, memerlukan deteksi dini dan penanganan segera (seperti operasi Kasai) agar dapat mencegah kerusakan hati permanen yang berujung pada transplantasi hati.
"Temuan serupa juga terlihat pada kelompok usia lain. Pada bayi baru lahir, ditemukan risiko kelainan saluran empedu (18,6%), berat badan lahir rendah (6,1%), dan penyakit jantung bawaan kritis (5,5%)," ujar Menteri Kesehatan Budi Gunadi Saidikin, Rabu 5 November 2025.
BACA JUGA:Tips Anti-Gagal Tekuni Dunia Startup Terinspirasi dari Perempuan Hebat di InnovateHer Academy 3.0
Pada balita dan anak prasekolah, masalah gigi tidak sehat (31,5%), stunting (5,3%), dan wasting (3,8%) masih mendominasi.
Sementara di kalangan remaja dan pelajar, ditemukan aktivitas fisik kurang (60,1%), karies gigi (50,3%), dan anemia (27,2%) menunjukkan pola hidup tidak aktif sudah terbentuk sejak usia muda.
Pada kelompok lansia pun tak luput dari perhatian. Sebanyak 96,7% tercatat kurang aktivitas fisik dan 37,7% mengalami hipertensi.
BACA JUGA:FP UB Tegaskan Komitmen Bangun Pertanian Modern dan Berkelanjutan di Usia ke-65
Budi menambahkan, hasil CKG akan digunakan untuk memperkuat kebijakan kesehatan dan promosi gaya hidup sehat di masa mendatang.
“Kita ingin masyarakat bukan hanya sembuh dari penyakit, tapi mampu menjaga kesehatannya secara berkelanjutan,” ujar Menkes Budi.
Sumber:
