Pakar BRIN Bekali Dosen UIN Malang untuk Turun Desa: Jangan Terjebak Label

Pakar BRIN Bekali Dosen UIN Malang untuk Turun Desa: Jangan Terjebak Label

Prof. Dr. M. Alie Humaedi, M.Hum., memaparkan dua metode penelitian (PAR dan ABCD) yang digunakan dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat dan mengajak peserta melakukan brainstorming untuk lebih jeli lagi menemukan objek penelitian di tempat pengabdia-uin-malang.ac.id-

LOWOKWARU. DISWAYMALANG.ID-- Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang mengundang senior dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Prof. Dr. M. Alie Humaedi, M.Hum., sebagai pembicara dalam dalam Pelatihan Metodologi Pengabdian kepada Masyarakat Berbasis Riset,  Jumat (1/11). Prof Alie diminta memberi bekal kepada dosen UIN Malang yang melakukan kegiatan pengabdian masyarakat di Poncosukumo, Kabupaten Malang.

Pada kesempatan itu, Kepala Pusat Riset Kesejahteraan Sosial, Desa, dan Konektivitas di BRIN itu memaparkan dua metode penelitian (PAR dan ABCD) yang digunakan dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat. Selain itu, dia juga mengajak peserta melakukan brainstorming untuk lebih jeli lagi menemukan objek penelitian di tempat pengabdian nantinya.

Prof. Alie menyatakan bahwa desa bukan hanya sebuah ruang wilayah bagi tempat tinggal penduduk atau warga negara. Desa juga sebuah entitas dan ekosistem yang bisa tumbuh dan berkembang. “Di dalamnya juga menginternalisasi seluruh nilai kehidupan bermasyarakat,” jelasnya 

Saat memaparkan materinya, dia mengungkapkan bahwa belum banyak para peneliti yang menyentuh area selatan Pulau Jawa, khususnya di Jawa Tengah dan Jawa Timur. “Padahal area-area tersebut keunikannya banyak, hanya saja kurang dilirik,” imbuhnya.

Justru, ia melanjutkan, yang paling banyak ditemukan dari area-area selatan Jawa ialah label saja. “Salah satu label yang melekat ialah kriminologi jika ditilik dari sejarah Indonesia,” paparnya. Label lainnya ialah bahwa wilayah selatan Jawa terkenal dengan hal-hal mistis serta kepadatan penduduk dan kekumuhan.

Karena banyaknya labelling tersebut, peneliti gagal menemukan fakta-fakta lain yang bernilai riset. “Fakta-fakta ini ingin saya sebut dengan ‘modal’,” tegas guru besar asal Cirebon ini.

Modal yang bisa diteliti dalam wilayah selatan Jawa ialah ekonomi pasar. Tak dapat dipungkiri bahwa kehidupan pasar di area itu sangat hidup. Perempuan-perempuan berperan besar di dalamnya.

Karena itu pula, dia menilai penelitian dalam pemberdayaan perempuan di lingkup ekonomi layak diteliti. 

“Ternyata, dalam wilayah tersebut, perempuan bukan cuma sekadar ‘konco wingking’,” jelas Prof. Alie.

Perempuan, di wilayah selatan Jawa memiliki multi peran selain peran domestik. Perempuan bisa dengan luwes berkolaborasi dalam livelihood system. (*) 

Sumber: