Generasi Sandwich, Tantangan dan Strategi Menghadapi Tekanan dan Bebannya

Generasi Sandwich, Tantangan dan Strategi Menghadapi Tekanan dan Bebannya

Ilustrasi AI generasi sandwich--

MALANG, DISWAYMALANG.ID-- Tekanan hidup di masa kini datang dari berbagai arah, mempengaruhi banyak orang dewasa yang harus menghadapi berbagai tuntutan. Dari biaya hidup yang semakin tinggi, pekerjaan yang semakin kompleks, hingga kondisi sosial yang terus berubah, setiap hari seakan menjadi tantangan tersendiri. 

Di tengah itu semua, ada kelompok yang menghadapi beban jauh lebih besar dibanding yang lain. Mereka tak hanya dituntut untuk sukses dalam karier, tetapi juga harus mengurus dua generasi. Anak-anak yang masih membutuhkan perhatian serta orang tua yang sudah menua dan memerlukan perawatan.

Fenomena ini, yang semakin banyak dijumpai, terutama di kalangan orang dewasa usia produktif. Mereka sering disebut sebagai Generasi Sandwich.

Kelompok ini harus membagi tenaga, waktu, dan emosi untuk memenuhi tanggung jawab ganda dalam keluarga. Tak jarang, beban tersebut datang bersamaan, membuat mereka merasakan kelelahan yang luar biasa.

Apa Itu Generasi Sandwich?

Istilah Generasi Sandwich mengacu pada orang dewasa yang terjebak di tengah-tengah tanggung jawab besar. Mereka harus merawat orang tua yang sudah lanjut usia sekaligus membesarkan anak-anak yang masih membutuhkan pendidikan dan bimbingan. 

Situasi ini tak hanya menguras tenaga fisik tetapi juga bisa menyebabkan tekanan emosional dan finansial yang berat.Biasanya, generasi ini berusia antara 30 hingga 50 tahun, berada di masa produktif dalam karier, namun juga menghadapi tuntutan besar dalam kehidupan pribadi. 

Ketika satu sisi membutuhkan perhatian medis, dan sisi lain memerlukan pendidikan serta pengasuhan, tak jarang banyak dari mereka merasa tertekan.

Strategi Menghadapi Beban Generasi Sandwich

Bagi yang berada dalam posisi ini, berikut adalah beberapa langkah yang bisa membantu menjalani peran ganda dengan lebih ringan:

1. Menerima Kondisi dan Peran yang Dijalani

Langkah pertama adalah menerima kenyataan bahwa Anda berada dalam posisi ini. Penerimaan bukan berarti menyerah, tetapi merupakan titik awal untuk memahami situasi dan mencari solusi terbaik. 

Menyadari bahwa Anda tidak sendiri dalam menghadapi tantangan ini bisa membantu membangun kekuatan mental untuk menjalani hari-hari yang penuh aktivitas.

2. Prioritaskan Kesehatan Mental dan Fisik

Kesehatan adalah fondasi utama untuk merawat orang lain. Cobalah untuk cukup tidur, mengonsumsi makanan bergizi, serta berolahraga secara teratur. Jika perasaan terbebani, jangan ragu untuk mencari dukungan dari psikolog atau konselor yang bisa membantu meredakan stres emosional.

3. Susun Perencanaan Keuangan yang Cermat

Keuangan adalah salah satu hal yang paling perlu dikelola dalam situasi ini. Buat anggaran yang terperinci untuk memisahkan kebutuhan anak, orang tua, serta dana cadangan untuk keadaan darurat. Diskusikan secara terbuka dengan keluarga terkait pembagian tanggung jawab finansial.

4. Libatkan Pasangan dan Keluarga dalam Tanggung Jawab

Jangan tanggung jawab itu hanya dipikul sendiri. Libatkan pasangan dalam pengasuhan anak dan perawatan orang tua. Jika memiliki saudara kandung, ajak mereka berdiskusi mengenai pembagian tanggung jawab. Anak-anak yang sudah cukup usia juga bisa dilibatkan dalam pekerjaan rumah ringan sebagai bentuk pembelajaran tanggung jawab.

5. Buat Jadwal yang Terstruktur

Aktivitas yang menumpuk sering menyebabkan kelelahan. Buatlah jadwal harian atau mingguan yang realistis untuk membantu mengatur waktu dengan lebih efisien. Sisihkan waktu untuk pekerjaan, keluarga, serta untuk diri sendiri agar keseimbangan tetap terjaga.

6. Manfaatkan Teknologi

Sumber: harian.disway.id