Mbois! Komunitas Ini Tampung Jelantah dari Warga, Ganti dengan Uang, lalu Diekspor ke Belanda
![Mbois! Komunitas Ini Tampung Jelantah dari Warga, Ganti dengan Uang, lalu Diekspor ke Belanda](https://malang.disway.id/upload/91c358140e9dad66eec29b1b7b86459d.png)
Mahasiswa Binus Malang saat berkunjung ke PALiM Eco Friendly untuk wawancara sebagai tugas penelitian--instagram @palimecofriendly.malang
Dari Siklus Hijau ke PALiM
Hari menjelaskan bahwa pada awalnya, usaha ini bernama Siklus Hijau, namun kemudian diubah menjadi PALiM yang merupakan akronim dari ‘Pahlawan Limbah’.
Nama ini dipilih untuk mengajak masyarakat semakin sadar akan pentingnya pengelolaan limbah secara bijak, terutama limbah minyak goreng.
“Ini sekaligus menjadi ajakan bagi masyarakat untuk makin menggencarkan ramah lingkungan dan mengolah limbah dengan tepat. Jadi kami rasa kalau pakai nama PALiM ini lebih masuk lah,” tuturnya.
Selain mengelola minyak jelantah, Hari dan timnya juga aktif mengedukasi masyarakat mengenai dampak buruk pembuangan minyak secara sembarangan.
Menjelaskan fenomena yang sering ditemui di lingkungan sehari-hari, Hari menyebutkan bahwa minyak jelantah tidak jarang dibuang langsung begitu saja di saluran pembuangan air, bak cuci piring, bahkan ke tanah atau pun sungai.
Oleh karena itu, ia kerap mengadakan sosialisasi kepada kelompok masyarakat seperti PKK dan komunitas warga agar lebih peduli terhadap lingkungan.
Foto bersama usai kegiatan sosialisasi bersama ibu-ibu PKK, Sulfat, Kota Malang--instagram @palimecofriendly.malang
“Gampangnya kan biasanya kita buang di lubang pembuangan cucian, nah minyak itu kan lama-lama bisa padat bisa menyumbat saluran. Kalau di sungai, minyak itu kan posisinya di atas air, dia bisa menghambat sinar matahari masuk, efeknya ya ikan atau tumbuhan air bisa mati,” jelasnya.
Hari juga menegaskan pentingnya memilih tempat pengepul yang bertanggung jawab.
“Soalnya banyak yang khawatir kalau minyak jelantah yang kita kumpulkan ini nanti diolah lagi jadi minyak goreng curah. Ya memang masih ada praktik seperti itu, tapi itu oknum,” jelasnya.
Ia menambahkan bahwa komunitas mereka tidak hanya menerima minyak jelantah begitu saja, namun juga rutin melakukan sosialisasi.
Dalam sosialisasi tersebut, Hari menjelaskan bentuk minyak jelantah itu seperti apa, nanti bisa diolah menjadi apa, hingga bahayanya seperti apa. Sehingga masyarakat tidak hanya mendapatkan nilai ekonomis dengan menjual limbah minyak yang sudah tidak terpakai, namun mereka juga tahu bagaimana pengolahan dan hati-hati dalam memilih tempat pengepul.
Menginspirasi Generasi Muda
Dengan adanya inisiatif seperti komunitas PALiM Eco Friendly, pengelolaan minyak jelantah tidak hanya memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat, tetapi juga berkontribusi dalam menjaga kelestarian lingkungan.
Sumber: malangkota.go.id