Kisah Endah, Peserta Maraton Dies Natalis UB: Berat Saat Lari Malam di Cangar, Alhamdulillah Semua Finish

Kisah Endah, Peserta Maraton Dies Natalis UB: Berat Saat Lari Malam di Cangar, Alhamdulillah Semua Finish

Penyambutan Pelari Napak Tilas Raden Wijaya 2025 dalam Sidang Pleno Terbuka Wali Amanat UB pada Minggu (5/1)--Tangkapan layar/Universitas Brawijaya

LOWOKWARU, DISWAYMALANG.ID--Sebanyak 55 pelari Napak Tilas Raden Wijaya 2025 sukses mencapai garis finis di kampus Universitas Brawijaya (UB). Para pelari disambut dalam Sidang Pleno Terbuka Majelis Wali Amanat sebagai bagian dari perayaan Dies Natalis ke-62 yang digelar di Gedung Samantha Krida, pada Minggu (5/1). 

Dengan menempuh perjalanan sejauh 70 kilometer, dimulai pada Sabtu (4/1) pukul 14.15 WIB dari Pendopo Agung Trowulan, Mojokerto. Kemudian para pelari menghadapi medan berat di Cangar, sebelum akhirnya finish di Kampus UB.

“Kendala pasti ada,  seperti lelah, cidera kaki yg ringan, ngantuk saat dijalur karena kita lari 70% malam hari. Tapi semua bisa diatasi dengan baik,” ujar Endah Purwatiningtyas Handipranoto, koordinator pelari dan juga alumni UB.

Event Charity Run tahun ini menjadi salah satu momen penting dalam perayaan Dies Natalis ke-62 UB, yang mengusung tema inklusivitas, sejarah, dan keberlanjutan.

Acara penyambutan ini ditandai dengan penyerahan panji Napak Tilas Raden Wijaya, Lontar Nilai-nilai Brawijaya. 

Penyerahan dilakukan oleh tiga guru besar UB yang juga turut berpartisipasi dalam kegiatan ini, yaitu Prof.Dr.Ir. Moch. Sasmito Djati, M.S.,IPU., ASEAN Eng., Prof. Sukir Maryanto, S.Si.,M.Si.,Ph.D., dan Prof. Sri Suhartini, STP, M.Env.Mgt, Ph.D.

BACA JUGA:Maraton Napak Tilas Raden Wijaya Diikuti Tiga Profesor UB

Mengusung Misi Kemanusiaan 

Napak Tilas Raden Wijaya 2025 tidak hanya menjadi ajang olahraga, tetapi juga membawa misi kemanusiaan yang mulia. Donasi yang terkumpul dari kegiatan ini, yang hingga saat pelepasan telah mencapai Rp 55 juta, akan digunakan untuk mendukung pendidikan mahasiswa difabel di Universitas Brawijaya. 

Hal yang sama juga turut disampaikan oleh Endah. Ia mengatakan bahwa Lari di Napak Tilas Raden Wijaya selalu penuh kesan, karena tidak sekedar event lari pada umumnya tapi ada nilai-nilai yang terkandung didalamnya.

“Terlebih event kami ini ada balutan charity untuk mendukung pendidikan inklusif di Universitas Brawijaya,” ungkapnya.

Langkah ini menjadi simbol komitmen UB dalam mengedepankan inklusivitas dan memberikan akses pendidikan yang setara bagi seluruh lapisan masyarakat. 

“Di sini, pelari selain mempersiapkan fisik dan mental untuk melewati rute dan jarak yang terbilang jauh, juga harus menggalang donasi. Untuk itu perlu keikhlasan dan tekad kuat,” tambahnya.

Hal yang menariknya lagi, sebanyak empat mahasiswa difabel juga turut berpartispasi dalam event lari kali ini. Ini sebagai wujud semangat kebersamaan dalam mendukung pendidikan inklusi.

Sumber: kanal24.co.id