Industri Perhotelan Khawatirkan Turunnya Daya Beli, Imbas PPN 12 Persen

Industri Perhotelan Khawatirkan Turunnya Daya Beli, Imbas PPN 12 Persen

AmartaHills Hotel & Resort, hotel dengan posisi tertinggi di Kota Batu.--dok. AmartaHilss

BATU, DISWAYMALANG.ID—Industri perhotelan mengkhawatirkan turunnya daya beli masyarakat jika terpaksa menaikkan harga layanan sebagai akibat pemberlakuan PPN 12 persen. “Terus terang kami mengkhawatirkan daya beli masyarakat kalau harus menaikkan harga,” ungkap Edy Nizon, Fong, general manager AmartaHills Hotel & Resort, Ketika ditemui Kamis (19/12) lalu di hotelnya.

Menurutnya, pihaknya tentu ingin patuh kepada semua kebijakan pemerintah. “Kan tujuan kenaikan PPN itu untuk kepentingan masyarakat. Jadi kami manut saja,” katanya.

Meskipun demikian, apakah PPN 12 persen yang segera berlaku 1 Januari 2025 itu akan membuat pihaknya harus menaikkan tarif, Edy menyatakan masih menunggu. “Kami belum berani mengambil keputusan. Tunggu bagaimana nanti setelah diberlakukan. Soal kenaikan harga ini menjadi salah satu agenda rapat pimpinan minggu ini,” lanjutnya.

Seperti diketahui, jasa perhotelan termasuk yang akan terkena tarif baru PPN. Food and beverage, salah satu komponen penting dalam industri perhotelan, dipastikan akan sangat terdampak. Sebab, banyak bahan makanan dan minuman untuk standar hotel yang tidak termasuk dalam barang yang menikmati insentif PPN.

AmartaHills adalah resort yang menyasar pelanggan keluarga. Selama ini tamu yang menginap atau menikmati fasilitas lain didominasi tamu keluarga. Kendati tamu korporasi dan pemerintahan juga banyak, terutama untuk paket meeting dan gathering, namun tidak dapat mengalahkan jumlah tamu keluarga.

Resort yang dikenal sebagai resort dengan lokasi tertinggi di Batu tersebut terus melengkapi dirinya dengan fasilitas ramah anak dan keluarga, seperti kolam renang air hangat, arena bermain, dan berbagai aktivitas sesuai musim. “Untuk liburan Natal dan tahun baru ini, kami sediakan kids activities seperti meet and greet with Santa, berkuda, fun cooking, menggambar, origami, dan sebagainya,” papar Edy.

Vila Perlu Diatur

Ditanya oleh Disway Malang tentang capaian bisnis hotelnya selama 2024, Edy mengaku sedikit under-achieve dari target pendapatan. “Yah, kurang antara 15-20 persen,” ungkapnya.

Namun demikian, tidak berarti untuk target 2025 akan dikurangi. “Justru akan dinaikkan,” tegasnya.

Ditanya tentang penyebab tidak tercapainya target, Edy menjawab penyebabnya banyak hal. Namun, secara spesifik Edy menyebut pengunjung Kota Batu memiliki banyak pilihan lebih murah sebagai salah satu penyebab. “Sekarang kan semakin banyak vila di Batu. Sewanya lebih murah daripada hotel, terutama untuk yang menginap ramai-ramai,” paparnya.

Apakah Edy merasa vila menjadi saingan bisnis? “Tidak juga. Tidak bisa dibandingkan ya. Karena mereka kan bukan hotel. Aturan mainnya berbeda,” tegasnya.

Kendati demikian, Edy berpendapat pengelolaan vila juga harus dikenai aturan seperti halnya hotel. Selama ini, dengan dalih rumah tinggal, transaksi sewa vila tidak dikenai PPN. “Juga misalnya kalau ada yang mengadakan pesta malam tahun baru di vila, mereka tidak diharuskan mengurus izin keramaian ke kepolisian. Kalau di hotel kan harus,” lanjutnya.

Tanpa menyebut angka, Edy menjelaskan pendapatan terbesar mereka adalah dari penjualan kamar hotel. “MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition) banyak, tapi tetap paling tinggi dari penjualan kamar,” lanjutnya.

Saat ini tersedia 145 unit kamar dengan empat tipe. Tipe tertingginya adalah unit dengan dua dan tiga kamar tidur. “Tipe kamar dengan banyak kamar ini justru paling laris. Kalau dihitung-hitung jatuhnya memang lebih murah dibandingkan tipe kecil,” ungkap Ica Indah, Marketing Communication Officer AmartaHills. (*)

Sumber: