Pesona Gondanglegi, Event Kecamatan dengan Banyak Keunggulan: Sejarah dan Kekhasannya (1)
--Humas Pesona Gondanglegi
GONDANGLEGI, DISWAYMALANG.ID-Memang ini festival yang luar biasa. Bahwa, sebuah festival di tingkat kecamatan, bisa digelar hingga 11 kali dengan kualitas acara dan jumlah peserta dan penampilan yang terus meningkat.
Saking banyaknya rangkaian acara, festival sampai digelar dua hari non stop. Dan, seratus ribu lebih penonton terus menikmati, bertahan sampai hari berikut.
Itulah Pesona Gondanglegi. Salah satu event budaya akbar di Malang, yang sudah menjadi perhatian di tingkat nasional.
Pada penyelenggaraan ke-11 tahun ini, 26 Oktober lalu, kemeriahan berlangsung sampai dua hari. Karena banyaknya penampil dan juga atraksi, jadwal event satu hari berlanjut sampai besoknya, 27 Oktober.
Tahun ini, tema Kawicaksanan Karya memberi peluang untuk penampilan lebih banyak karya dan kreasi. Hal ini terlihat dari berbagai pertunjukan dan kostum yang ditampilkan.
Itu pula yang membuat Pesona Gondanglegi 2024 ini lebih meriah ramai dan berlangsung dari sore sampai pagi hari berikutnya.
--Humas Pesona Gondanglegi
Sejarah Festival
Padahal, dari namanya, ini adalah event di kecamatan. Yakni, acara budaya di Gondanglegi, Kabupaten Malang.
Awalnya, Peaona Gondanglegi dirancang untuk menjadi ajang menampilkan kekayaan budaya dan kreativitas masyarakat Gondanglegi.
Gagasan membuat festival budaya yang kemudian diberi nama Pesona Gondanglegi ini bermula ide cemerlang dari Camat Gondanglegi waktu itu (tahun 2011), .Khamti, Ide brilian ini tercetus saat perhelatan Kirab Mbah Sogol yang diselenggarakan setiap malam suro, bertepatan dengan hari ulang tahun Kecamatan Gondanglegi.
Camat wanita itu melihat potensi besar dalam kirab tersebut untuk mengangkat dan melestarikan budaya lokal Gondanglegi. Dari ide kirab itu, dia merancang acara budaya yang lebih besar.
Peluncuran Resmi
Gagasan Ibu Khamti kemudian disambut baik oleh seluruh lapisan masyarakat Gondanglegi. Pada tahun 2012, Festival Pesona Gondanglegi secara resmi diluncurkan oleh Bupati Malang saat itu, Rendra Kresna.
Sumber: tazqia