1 tahun disway

174 Orang Meninggal dan 79 Hilang dalam Beberapa Hari Banjir Bandang di Sumatera

174 Orang Meninggal dan 79 Hilang dalam Beberapa Hari Banjir Bandang di Sumatera

Petugas BPBD Kota Solok melakukan evakuasi warga terdampak banjir, Kamis (27/11/2025). -BPBD Kota Solok --

ACEH, DISWAYMALANG.ID–Banjir bandang yang menerjang Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat selama beberapa hari terakhir menjadi salah satu yang terbesar tahun ini.

Laporan terbaru dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) per Jumat malam, 28 November 2025, mencatat 174 korban meninggal dunia, 79 orang hilang, dan 12 orang luka-luka.

BNPB menyebut dampak banjir meluas, mulai kerusakan rumah, jaringan transportasi antar wilayah putus total, hingga gangguan komunikasi di berbagai daerah.

Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto mengatakan proses pendataan masih terus berlangsung dan kemungkinan besar angka korban akan beranjak naik.

“Tentu saja data ini akan berkembang terus. Masih ada titik-titik yang belum ditembus. Yang diindikasikan di lokasi longsor itu mungkin juga ada korban jiwa,” tutur Letjen TNI Suharyanto dalam keterangan yang dirilis BNPB.

Sumatera Utara menjadi wilayah yang paling terdampak. Sebanyak 116 korban dinyatakan meninggal dunia dan 42 korban dinyatakan hilang. Saat ini korban hilang masih dalam proses pencarian.

Korban dilaporkan tersebar di 7 kabupaten/kota, mulai dari Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan, Sibolga, Humbang Hasundutan, Padang Sidempuan, hingga Pakpak Barat.

Suharyanto menegaskan, upaya pencarian korban hilang terkendala buruknya akses bantuan ke lokasi-lokasi yang terdampak. Jalur nasional Sidempuan–Sibolga putus di 1 titik, sementara Sipirok–Medan terputus di 2 titik.

Longsor besar juga mengisolasi sejumlah desa di Mandailing Natal, termasuk pada ruas Singkuang–Tabuyung dan Bulu Soma–Sopotinjak.

“Starlink sudah didistribusikan ke pemerintah daerah, baik di titik pengungsian maupun di posko penanganan darurat,” kata Suharyanto, menyinggung terputusnya jaringan komunikasi yang menyulitkan koordinasi lapangan.

Pemerintah juga telah mengirim bantuan alat berat untuk membuka jalur evakuasi sambil menyalurkan bantuan darurat berupa makanan siap saji, kasur lipat, hygiene kit, dan perlengkapan kebersihan ke wilayah yang mulai dapat dijangkau.

Di Aceh, BNPB mencatat ada 35 korban jiwa, 25 laporan orang hilang, dan 8 lainnya luka-luka. Wilayah yang terdampak paling parah adalah Bener Meriah, Aceh Tengah, dan Aceh Tenggara. Pendataan masih dilanjutkan di Aceh Timur, Aceh Singkil, dan Aceh Utara.

“Datanya akan berkembang terus. Dan sementara yang terdata ada 35 jiwa yang meninggal dunia,” ujar Suharyanto merinci jumlah korban banjir di Aceh.

Jumlah pengungsi juga terus bertambah dan kini telah mencapai 4.846 kepala keluarga yang tersebar di 20 kabupaten/kota.

Kota Lhokseumawe menjadi daerah dengan titik pengungsian terbanyak dengan 96 lokasi pengungsian.

Akses transportasi di Aceh dikabarkan turut mengalami kerusakan parah. Jalur nasional perbatasan Sumut–Aceh terputus akibat longsor. Kerusakan jembatan di Meureudu membuat konektivitas Banda Aceh–Lhokseumawe–Aceh Timur–Langsa–Aceh Tamiang terhenti total.

Sebanyak 3 kabupaten di Aceh, Gayo Lues, Aceh Tengah, dan Bener Meriah, bahkan tidak dapat diakses melalui jalur darat. Evakuasi dan distribusi bantuan akhirnya dialihkan ke Bandara Perintis Gayo Lues dan Bandara Rembele Bener Meriah.

Di Sumatera Barat, BNPB mencatat 23 korban dilaporkan meninggal dunia, 12 orang hilang, dan 4 lainnya luka-luka. Dampak banjir turut meluas ke Padang Panjang, Tanah Datar, Agam, Kota Padang, hingga Pasaman Barat.

Total ada 3.900 kepala keluarga mengungsi di berbagai titik, termasuk 50 titik di Pesisir Selatan dan beberapa di Solok, Pasaman, serta Tanah Datar.

Kerusakan infrastruktur juga cukup masif. Lima jembatan di Padang Pariaman putus, sementara longsor menutup jalur nasional Bukittinggi–Padang di kawasan Padang Panjang.

Sekitar 200 kendaraan sempat terjebak akibat terputusnya jalan di Kecamatan Ampek Koto.

 “Jalur nasional dari Bukittinggi menuju Padang ini ada satu titik longsor di Kota Padang Panjang,” jelas Suharyanto melanjutkan keterangannya.

BMKG: Siklon Tropis Senyar Picu Hujan Ekstrem dan Tanah Longsor

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menjelaskan, serangkaian bencana ini tidak lepas dari keberadaan Siklon Tropis Senyar yang melintasi wilayah Sumatra.

Ya, Fenomena Siklon tersebut kemudian memicu curah hujan ekstrem, angin kencang, dan banjir bandang di banyak wilayah.

“Fenomena seperti Siklon Tropis Senyar tergolong tidak umum di wilayah perairan Selat Malaka, apalagi jika sampai melintasi daratan,” kata Direktur Meteorologi Publik BMKG Andri Ramdhani dalam konferensi pers daring, Rabu, 26 November 2025.

Selain banjir, Siklon Senyar juga menimbulkan gelombang laut setinggi 1,25–2,5 meter di sejumlah perairan di Sumatra, termasuk Selat Malaka bagian tengah, Perairan Sumatra Utara, dan Perairan Rokan Hilir.

Respons Pemerintah: Fokus Buka Akses dan Cari Korban

Sekarang, prioritas utama pemerintah adalah membuka jalur evakuasi yang terputus, mempercepat penyaluran logistik serta melanjutkan proses pencarian korban yang belum ditemukan.

Ribuan petugas gabungan, mulai dari TNI, Polri, Basarnas, BPBD, hingga relawan lokal, telah dikerahkan ke berbagai wilayah yang terdampak bencana.

Distribusi bantuan turut dilakukan melalui jalur udara, darat, serta memanfaatkan perangkat komunikasi satelit untuk menjangkau daerah yang masih terisolasi.

Meski demikian, BNPB mewaspadai potensi hujan susulan yang dapat meningkatkan risiko tanah longsor, terutama di kawasan perbukitan.

Dengan kondisi cuaca yang masih belum stabil, otoritas mengimbau seluruh warga untuk tetap berada di lokasi yang aman dan mengikuti arahan petugas di lapangan.

Pemerintah menegaskan seluruh biaya penanganan darurat, evakuasi, dan kebutuhan logistik akan ditanggung oleh negara hingga situasi dinyatakan pulih sepenuhnya.

Sumber: harian.disway.id