1 tahun disway

BGN Jawab Tudingan Susu MBG Hanya Mengandung 30%: Yang Penting Kadar Gizi Tak Berkurang

BGN Jawab Tudingan Susu MBG Hanya Mengandung 30%: Yang Penting Kadar Gizi Tak Berkurang

Susu MBG hanya 30 persen--disway news network

JAKARTA, DISWAYMALANG.ID – Badan Gizi Nasional (BGN) angkat bicara soal tudingan dan polemik di media sosial mengenai komposisi susu hanya 30 persen yang didistribusikan dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG). Polemik ini mencuat setelah viralnya foto label kemasan susu MBG yang mencantumkan kandungan susu segar hanya 30 persen.

Anggota Tim Pakar Bidang Susu BGN, Epi Taufik, menjelaskan bahwa komposisi susu MBG telah diatur sesuai spesifikasi khusus BGN dan mengikuti aturan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

Epi menekankan bahwa yang menjadi fokus utama program adalah terpenuhinya kadar gizi yang setara dengan susu segar, bukan semata-mata persentase kandungan air atau susu segarnya.

"Memang kandungan susu segar MBG diawali dengan minimum 20 hingga 30 persen, tetapi kandungan gizinya setara susu segar," ujar Epi dalam keterangan yang diterima oleh Disway.id, Senin, 13 Oktober 2025.

 

Standar Gizi dan Keterbatasan Produksi Lokal

Epi Taufik, yang juga merupakan Guru Besar Ilmu dan Teknologi Susu dari Fakultas Peternakan IPB, menjelaskan bahwa susu sapi segar, bahkan Air Susu Ibu (ASI), kandungan utamanya adalah air.

Oleh karena itu, persentase susu segar 30% diyakini tidak mengurangi nilai gizi yang dibutuhkan anak-anak.

Lebih lanjut, ia mengungkapkan bahwa penetapan kandungan susu segar awal yang tidak mencapai 100% juga mempertimbangkan dua aspek penting.

“Kandungan kalsium tidak kurang dari 15 persen daily value, kadar lemak tidak kurang dari 3 persen, kadar protein tidak kurang dari 2,7 persen, dan kadar karbohidrat dan mineral tidak kurang dari 7,8 persen,” ujarnya.

Pada awalnya, Presiden Prabowo Subianto meminta agar susu MBG 100 persen berbahan baku susu segar produksi dalam negeri. Namun, sejak 1998 hingga saat ini, produksi susu segar dalam negeri baru mencukupi 20 persen kebutuhan nasional.

“Produksi susu segar kita kurang dari 1 juta ton per tahun,” kata Tim Pakar BGN bidang susu ini.

“Sehingga untuk menutupi kebutuhan susu regular di dalam negeri sebelum ada MBG saja harus impor 80%. Dengan adanya tambahan kebutuhan susu MGB, maka ketersediaan susu segar dalam negeri semakin berkurang," tambahnya.

 

Bukan Hanya soal Susu

Viralnya isu kandungan susu ini menambah daftar sorotan publik terhadap program MBG. Sebelumnya, keracunan massal di berbagai daerah juga menjadi isu utama yang disoroti.

Anggota Ombudsman RI, Yeka Hendra Fatika, ikut menanggapi, mengingatkan bahwa tidak semua anak cocok mengonsumsi susu karena adanya isu laktosa intoleran di sebagian etnik Melayu.

Ia menyarankan agar protein pengganti seperti telur atau ikan dapat menjadi alternatif, serta menekankan pentingnya dialog antara Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) dengan siswa agar menu yang disajikan sesuai dengan selera anak.

BGN menyatakan terus melakukan perbaikan menyeluruh terhadap program MBG, termasuk memastikan semua produk makanan dan minuman memenuhi standar keamanan dan kecukupan gizi yang ditetapkan.

Sumber: disway news network