1 tahun disway

Kisah Muslika, Mantan Dosen Lulusan S2 ITB yang Kini Hidup dengan Demensia di Pondok Al-Ishlah Malang

Kisah Muslika, Mantan Dosen Lulusan S2 ITB yang Kini Hidup dengan Demensia di Pondok Al-Ishlah Malang

Kisah inspiratif Bu Muslika, lulusan S2 ITB dan mantan pengajar matematika, yang kini menghadapi demensia di Pondok Al-Ishlah namun tetap menyimpan cahaya kecerdasannya.-Martinus Ikrar Raditya-Disway Malang

BLIMBING, DISWAYMALANG.ID--Di sebuah ruangan sederhana di Pondok Al-Ikhlas, Kelurahan Pandanwangi, Kecamatan Blimbing, Kota Malang, seorang lansia perempuan menyambut Disway Malang dengan senyum yang ramah. Bu Muslika, begitu para pengurus menyapanya.

Usianya 62 tahun. Sudah mulai pikun. Rambutnya telah memutih. Jalannya sedikit pelan. Sebagian memori masa lalunya mulai kabur. Namun ada satu hal yang tetap menyala terang, yakni ingatannya tentang ilmu pengetahuan.

Meski kini ia telah hampir satu tahun tinggal di pondok lansia, Bu Muslika masih fasih menyebutkan nama kampus yang pernah membentuknya. “Aku dulu kuliahnya di IKIP Surabaya,” ujarnya pelan, mencoba mengulang kenangan masa mudanya. “Terus aku dapat panggilan… disekolahkan S2 ke ITB.”

BACA JUGA:Pondok Lansia Al-Islah: Ruang Sunyi Perempuan Senja dan Kisah Anak Muda yang Belajar Merawat dengan Hati

Dari nada bicaranya, tampak jelas bahwa masa-masa mengajar adalah bagian terindah dalam hidupnya. Ia berkisah, sebelum pensiun, hari-harinya penuh dengan jadwal mengajar dari pagi hingga sore.

“Pagi ngajar STM, SMA, PGRI… sore ngelesi anak-anak. Penuh semua,” katanya sembari tertawa kecil. “Tapi itu dulu, sebelum aku ingin istirahat total.”

Kini, di usia senjanya, Bu Muslika tak lagi mengajar. Namun kemampuan intelektualnya kadang muncul kembali seperti kilatan cahaya. Ketika Disway Malang menyinggung soal matematika, seketika wajahnya berbinar.

“Pythagoras itu... Sisi miring kuadrat sama dengan sisi panjang kuadrat ditambah sisi pendek kuadrat,” ucapnya lancar.

Tangannya bergerak pelan. Menggambar segitiga di udara. Seolah-olah ia kembali berada di depan papan tulis dengan kapur di tangan.

BACA JUGA:Festival Olahraga Lansia Digelar di Malang, Ada Senam, Tes Kebugaran sekaligus Silaturahmi Antarlansia

Meski tinggal di pondok karena kondisi demensia yang semakin berat, Bu Muslika tetap memegang prinsip sederhana: kebaikan bergantung pada cara kita memperlakukan orang lain.

“Di sini baik, Alhamdulillah… tapi semua itu tergantung kita,” ujarnya. “Di mana pun, tergantung cara kita bersikap,” imbuhnya.

Prestasi akademik dan pengalaman mengajarnya tidak membuatnya merasa lebih tinggi dari siapa pun. Ia justru mengingatkan, kadang-kadang orang berpendidikan tinggi harus belajar menurunkan ego ketika berada di lingkungan baru.

“Kita sarjana S2, berkawan dengan orang-orang SD, ya kita yang harus menuruti dia,” katanya lirih. “Kalau ada yang sudah mau marah… ya kita berhentikan. Jangan marah, tolong…” tuturnya.

Sumber: