1 tahun disway

Dedek, Edukator Anggrek Kota Batu: Memulai di Lahan Sempit, Kini Punya 108 Mitra, Kembangkan 506 Varietas

Dedek, Edukator Anggrek Kota Batu: Memulai di Lahan Sempit, Kini Punya 108 Mitra, Kembangkan 506 Varietas

--Dedek Setia Santosa

JUNREJO, DISWAYMALANG.ID--Dari lahan sempit di halaman orang tua hingga membangun ekosistem anggrek yang melibatkan ratusan mitra, Dedek Setia Santoso membuktikan bahwa usaha pertanian berbasis tanaman hias bisa tumbuh secara berkelanjutan. Berawal dari hobi, pria yang akrab disapa Pak Dedek ini kini dikenal sebagai pengusaha sekaligus edukator anggrek di Desa Dadaprejo, Kecamatan Junrejo, Kota Batu.

Lulus kuliah pada 2002, Pak Dedek tidak langsung menekuni dunia anggrek. Ia sempat mencari pekerjaan sambil menyalurkan hobi tanaman hias dan bekerja serabutan, mulai buruh, kuli, hingga buruh catering di Malang.

Ketertarikan Pak Dedek terhadap anggrek mulai tumbuh pada 2005. Awalnya, ia menekuni berbagai jenis tanaman hias sebelum akhirnya fokus pada anggrek setelah sering berdiskusi dengan para senior serta bergabung dalam organisasi anggrek. Dari pengalaman tersebut, ia menilai pasar tanaman hias lain cenderung fluktuatif, sementara anggrek memiliki harga menengah namun relatif stabil dalam jangka panjang.

“Memang anggrek bukan tanaman yang harganya bisa bombastis, tapi tanaman yang seperti itu bakal anjlok harganya. Kalau anggrek, dia bakal terus stabil ke depannya,” ujar Pak Dedek ditemui Disway Malang, di tempat usahanya, Sabtu (13/12/2025).

Pada 2007, Pak Dedek mulai serius menggeluti budidaya anggrek dengan keterbatasan lahan. Saat itu, kebun anggrek yang dikelolanya hanya berukuran sekitar 1x0,5 meter dan masih memanfaatkan lahan milik orang tuanya.

Berasal dari keluarga buruh tani, kondisi tersebut justru menjadi tantangan tersendiri baginya untuk bekerja lebih keras. Membuktikan bahwa sektor pertanian bisa menjadi sumber penghidupan yang berkelanjutan.

Dalam upaya mengembangkan usaha, Pak Dedek sempat mengajak 25 orang untuk menjadi mitra dengan sistem pemberian bibit anggrek. Namun, dari jumlah tersebut hanya satu orang yang berhasil. Kegagalan tersebut mendorongnya melakukan evaluasi menyeluruh terhadap pola kemitraan yang dijalankan.

“Permasalahannya pertumbuhan anggrek lama, bingung jualnya ke mana, dan nggak bisa langsung dimanfaatkan seperti tanaman pangan,” ungkapnya.

Berdasarkan evaluasi tersebut, Pak Dedek kemudian membangun ekosistem rantai pasok anggrek agar petani tidak harus menunggu bertahun-tahun untuk mendapatkan hasil.

Dalam sistem ini, petani dibagi berdasarkan tahapan pertumbuhan tanaman, mulai dari seedling, anggrek remaja, anggrek dewasa, hingga fase pembungaan. Setiap tahapan hasilnya dibeli kembali olehnya sebelum dikirim ke petani pada tahap berikutnya.

Seiring berjalannya waktu, ekosistem tersebut terus berkembang. Dari awalnya hanya satu mitra, kini tercatat sekitar 108 mitra yang terlibat, meskipun tidak seluruhnya aktif.

Kembangkan 506 Varietas Anggrek yang Namanya Telah Dipatenkan

Hingga saat ini, kebun anggrek Dadaprejo telah mengembangkan 506 varietas anggrek yang namanya telah dipatenkan. Varietas terbaru bahkan diberi nama Prabowo Subianto atas permintaan Wali Kota Batu. Selain itu, sejumlah varietas lain juga menggunakan nama tokoh nasional, seperti Mufidah Jusuf Kalla dan Iriana Beauty.

Sumber: