Musik Jadi Bahasa Perlawanan: Gust Musisi Meeting Gaungkan Isu Kemanusiaan dari Malang
Wali Kota Malang pesan perlawanan dan kepedulian sosial digemakan melalui Gust Musisi Meeting--
KLOJEN, DISWAYMALANG.ID – Musik bukan hanya soal nada dan irama. Dari Kota Malang, pesan perlawanan dan kepedulian sosial digemakan melalui Gust Musisi Meeting, sebuah forum yang menyatukan para seniman, aktivis, dan komunitas kreatif untuk menyuarakan isu-isu kemanusiaan lewat kekuatan musik.
Digelar di Gedung Balai Kota Malang pada sabtu malam (12/7), acara ini mengusung tema “Music Within Us, Activism for Humanity” yang menjadi ajang pameran, diskusi, dan aksi musikal. Wali Kota Malang, Wahyu Hidayat membuka secara resmi kegiatan yang dihadiri para pegiat seni dan sosial dari berbagai daerah.
“Ini bukan sekadar hiburan. Musik adalah bahasa perlawanan yang halus tapi kuat. Ia menyentuh nurani dan bisa jadi alat perubahan sosial yang nyata,” ujar Wahyu dalam sambutannya.
Wali Kota Wahyu menyebut bahwa Gust Musisi Meeting merupakan momen penting untuk mengonsolidasikan semangat kemanusiaan melalui ekspresi seni. Ia berharap forum ini menjadi langkah awal kolaborasi lebih luas antara musisi, masyarakat sipil, dan pemerintah.
BACA JUGA:MAN 2 Kota Malang Masuk 20 Besar Sekolah Paling Berprestasi Nasional 2025 Versi Perpusnas
“Semoga semangat kolaborasi ini bisa tumbuh menjadi gerakan yang konsisten, bukan hanya hari ini, tapi di masa mendatang,” tegasnya.
Acara tersebut juga menjadi ruang diskusi lintas generasi, di mana musisi tidak hanya tampil di panggung, tapi juga berbicara tentang tanggung jawab sosial di balik karya mereka.
BACA JUGA:Media Sosial dan Ancaman Kesehatan Mental Remaja: Ini Temuan Terbaru dari Riset Global
Dalam pernyataannya, Wahyu menggarisbawahi posisi Kota Malang sebagai kota kreatif nasional. Menurutnya, predikat itu lahir dari sejarah panjang ekspresi budaya warga yang melibatkan seni, musik, dan literasi sebagai bagian dari identitas kota.
“Kreativitas warga Malang bukan sesuatu yang instan. Ini bagian dari tradisi, dari bagaimana musik dan seni melekat dalam keseharian kita, bahkan saat kita bicara soal ketidakadilan dan kemanusiaan,” jelasnya.
Gust Musisi Meeting diisi dengan diskusi panel, penampilan musik tematik, dan pameran aktivisme visual. Pesertanya tidak hanya berasal dari kalangan musisi, tetapi juga aktivis kemanusiaan, pelajar, dan jurnalis muda yang ingin menyuarakan perubahan lewat media seni.
Acara ini mendapat sambutan hangat dari komunitas dan pegiat seni lokal yang menilai kegiatan seperti ini jarang difasilitasi langsung oleh pemerintah daerah. (ab)
Sumber:
