1 tahun disway

Testimoni Para Duta Budaya Kota Malang 2025: Dari Keraguan, Dedikasi Seni, hingga Advokasi Pelestarian Tradisi

Testimoni Para Duta Budaya Kota Malang 2025: Dari Keraguan, Dedikasi Seni, hingga Advokasi Pelestarian Tradisi

Seluruh penampil yang mengisi acara sendratari pada gelaran festival singhasari 2025 merupakan empat lintas generasi dari para finalis duta budaya dan duta budaa remaja kota malang 2024-2025-Martinus Ikrar Raditya-Disway Malang

Persiapannya menjelang grand final penuh detail, mulai dari foto, advokasi, materi wawancara, hingga mengulang berkas prestasi. Talenta yang ia tampilkan pun bukan tarian sembarangan. Ia memilih Tari Gurawongso, sosok liar anak Panji Asmorobangun yang identik dengan sifat ugal-ugalan. Namun Pandu justru membawa sisi positifnya.

“Saya ingin menampilkan bahwa remaja sekarang harus aktif melestarikan budaya. Meski karakternya negatif, tapi esensinya bisa jadi pengingat,” katanya kepada Disway Malang.

Sebagai pemenang putra, Pandu membawa program advokasi bernama GEMA – Generasi Malang Cinta Budaya, sebuah gerakan digital yang mengangkat budaya, cagar budaya, hingga kolaborasi dengan seniman-seniman lokal Malang.

Ia menyadari bahwa tantangan terbesar bukan di lapangan, tetapi di media sosial. Namun ia tetap optimistis. “TikTok itu algoritmanya bersahabat banget. Saya yakin bisa berkembang ke sana,” ucapnya.

“Harapannya generasi muda bisa mencintai budaya daerahnya masing-masing dan melestarikannya tanpa mengubah nilai dalam budaya itu sendiri,” ujarnya.

Meski kini menjabat selama dua tahun, Pandu juga memegang tanggung jawab sebagai mahasiswa semester 7 yang harus menyiapkan skripsi. Baginya, keseimbangan adalah kunci. “Yang pertama saya prioritaskan perkuliahan. Tapi saya tetap berdedikasi penuh di Duta Budaya. Tinggal manajemen waktu dan keluar dari zona nyaman,” tambahnya..

Finka Berjuang Mengatur Waktu di Tengah Ujian


Fahriya Finka Alvaro atau Puspa Faro dari SMA Negeri 1 Batu, yang menjabat sebagai Wakil 2 Duta Kebudayaan Remaja 2025 yang ikut terlibat dalam dramatari.-Elsa Amalia Kartika Putri-Disway Malang

Tak hanya duta dewasa, ajang ini juga melibatkan Duta Kebudayaan Remaja. Salah satunya adalah Fahriya Finka Alvaro atau Puspa Faro dari SMA Negeri 1 Batu, yang menjabat sebagai Wakil 2 Duta Kebudayaan Remaja 2025, yang ikut terlibat dalam dramatari.

Sebagai siswa SMA di Batu, ia harus membagi waktu antara latihan, OSIS, hingga ujian sekolah. “Kesulitannya ngatur waktu, tapi Alhamdulillah bisa diatasi. Karena pengen banget ikut,” ujarnya kepada Disway Malang.

Program advokasinya, “Pelestarian Budaya Pencaksilat”, bertujuan mengenalkan seni bela diri tradisional ke generasi muda yang sering salah kaprah melihat pencak silat di media sosial. Baginya, isu negatif bukan alasan untuk menjauh dari akar budaya.

“Pencak silat itu nggak seburuk itu. Kalau kita bisa menjaga dan melestarikan, nilai budayanya luar biasa,” tegasnya. Diketahui pula ternyata dara muda itu juga seorang atlet pencak silat tingkat provinsi.

BACA JUGA:Grand Final Duta Budaya Kota Malang 2025 Tampilkan Ragam Budaya dan Gagasan Anak Muda, Ini Daftar Juaranya

Festival Singhasari 2025 menampilkan banyak sorotan, tari modern-kontemporer, sendratari Bumi Tumapel, hingga musik etnik Arca Tatasawara. Namun kisah para duta mudalah yang menjadi jantung malam itu. Mereka mewakili wajah baru kebudayaan lokal. Generasi yang tidak hanya mempelajari tradisi, tetapi juga mengadaptasinya agar tetap hidup di era digital.

Dengan segala keraguan, tekanan, dan harapan yang mereka bawa, satu pesan menjadi benang merah. Bahwa masa depan budaya tidak hanya ditentukan oleh para ahli atau seniman senior, tetapi juga oleh anak-anak muda yang mau menyingsingkan lengan baju, berdiri di panggung dan berkata, “Kami di sini untuk menjaga warisan ini.”

Tidak hanya memberi hiburan, gelaran ini menghadirkan harapan baru mengenai bagaimana anak muda Kota Malang memaknai identitas budaya mereka. Melalui cerita-cerita personal para pemenang, terlihat jelas bahwa proses pelestarian budaya kini bertumpu pada tangan generasi muda yang tidak hanya mencintai tradisi, tetapi juga berani mengembangkannya sesuai zaman.

Sumber: