Angka Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Menurun, tapi Untuk Lulusan Sarjana Hasil Survei Masih Oke

Perbedaan ini dijelaskan melalui definisi keduanya:

• Jumlah pengangguran adalah angka absolut orang yang tidak bekerja.
• TPT adalah persentase penganggur dibandingkan total angkatan kerja.

Karena jumlah angkatan kerja naik signifikan menjadi 153,05 juta orang, peningkatan jumlah pengangguran tidak otomatis menaikkan TPT.

Dengan kata lain, lebih banyak orang masuk pasar kerja, tetapi sebagian besar berhasil terserap sehingga proporsi pengangguran tetap mengecil.

Potret Tantangan Utama: Pengangguran Muda

Meski TPT nasional menurun, masalah utama tetap ada pada pengangguran usia muda. BPS mencatat usia 15 hingga 24 tahun menyumbang TPT tertinggi, mencapai 16,16 persen atau sekitar 3,65 juta orang.

Bandingkan dengan kelompok usia produktif 25 hingga 59 tahun yang hanya 3,04 persen, dan usia di atas 60 tahun yang bahkan lebih rendah lagi yakni 1,67 persen.

Tingginya pengangguran pada kelompok muda menegaskan adanya mismatch antara keterampilan yang dimiliki lulusan baru dengan kebutuhan industri.

Kondisi ini juga menjelaskan mengapa lulusan SMA menjadi kelompok paling pesimis yakni banyak dari mereka merasa sulit bersaing tanpa keterampilan tambahan atau pendidikan lebih tinggi.

Optimisme Belum Merata

Secara makro, penurunan TPT memang menjadi kabar baik karena menunjukkan pasar tenaga kerja relatif membaik.

Namun, survei BI memperlihatkan realita yang lebih kompleks. Optimisme hanya dirasakan oleh kelompok berpendidikan tinggi, sementara lulusan SMA justru menghadapi dinding besar dalam mencari pekerjaan.

Kesenjangan ini menunjukkan bahwa perbaikan pasar tenaga kerja tidak cukup hanya diukur dari angka statistik, tetapi juga harus dilihat dari kualitas lapangan kerja dan aksesibilitas bagi semua kelompok masyarakat.

Tanpa kebijakan inklusif, terutama untuk mengatasi pengangguran muda, pesimisme akan tetap menjadi bayangan besar di balik capaian positif TPT.

Sumber: bank indonesia