FKIP Unisma Gelar Konferensi Internasional ELT, Bahas Tantangan Pembelajaran Bahasa Inggris Era Digital
Rektor Unisma Menjadi Narasumber Konferensi Internasional ELT 2025--
DINOYO, DISWAYMALANG.ID—Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Islam Malang (Unisma) menggelar Konferensi Internasional ELT 2025 pada 19-20 November 2025. Dihadirkan peneliti dan pakar pendidikan dari Indonesia, Australia, Taiwan, Thailand, dan Malaysia pada acara tersebut.
Forum yang dipusatkan di Aula Lantai 6 Unisma ini menempatkan Teori Connectivism sebagai tema utama untuk menjawab tantangan pembelajaran bahasa Inggris di era digital.
Teori tersebut menekankan tiga prinsip:
- pembelajaran sebagai proses menghubungkan berbagai sumber informasi,
- kemampuan melihat koneksi antarbidang sebagai keterampilan inti, serta
- pentingnya menjaga hubungan informasi untuk pembelajaran sepanjang hayat.
Visual prinsip-prinsip ini ditampilkan di layar utama sebagai dasar diskusi akademik selama konferensi.
Konferensi dibuka oleh Chairperson Ika Hidayati yang menegaskan, transformasi digital merupakan keniscayaan dalam pendidikan bahasa Inggris.
“Konferensi ini kami selenggarakan mengikuti perkembangan era digital. Harapannya, apa yang kita pelajari hari ini membuka wawasan bahwa pembelajaran bahasa Inggris sangat terbantu oleh teknologi,” ujarnya, .
Ika menekankan bahwa teknologi bukan lagi pelengkap, melainkan bagian utama ekosistem pembelajaran mulai dari pengumpulan referensi, kolaborasi akademik, hingga publikasi ilmiah.
Target Publikasi Terindeks Scopus dan Jurnal SINTA
FKIP UNISMA menegaskan tujuan strategis konferensi: menaikkan kualitas publikasi ilmiah dan kompetensi akademik peserta.
“Target kita bukan hanya konferensi, tetapi juga mendorong peserta mencapai publikasi terindeks Scopus, jurnal SINTA, serta sertifikasi kemampuan bahasa Inggris seperti B1 CEFR,” kata Ika.
Ia memastikan panitia memberi pendampingan khusus agar setiap paper dapat masuk ke jurnal yang sesuai standar internasional.
Meski mendorong integrasi digital, Ika mengingatkan perlunya kehati-hatian dalam penggunaan teknologi.
“Tidak semuanya bisa digantikan teknologi. Tetap harus ada kombinasi antara metode digital dan metode tradisional,” tegasnya.
Ia menyebut sejumlah perangkat digital yang kini menjadi bagian pembelajaran ELT, antara lain Learning Management System (LMS), video conference, aplikasi pembelajaran bahasa, perpustakaan digital, hingga AI-assisted writing tools dengan etika akademik yang ketat.
Sumber:
