Kemenkes Bawa Teknologi AI ke Dunia Medis: Fokus pada 5 Penyakit Ini

Senin 13-10-2025,13:30 WIB
Reporter : Mohammad Khakim
Editor : Mohammad Khakim

 

JAKARTA, DISWAYMALANG.ID – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia secara agresif mulai mengadopsi dan mengembangkan teknologi Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence/AI) dalam sistem layanan medis di Tanah Air. Langkah strategis ini difokuskan untuk mempercepat akselerasi kepada lima penyakit di antaranya stroke, stunting, diabetes, penyakit jantung vaskuler, dan tuberkulosis (TBC).

 

Pemanfaatan AI ini merupakan bagian dari upaya Kemenkes untuk mewujudkan kedokteran presisi, meningkatkan akurasi diagnosis, dan memperluas akses layanan kesehatan, khususnya di daerah terpencil.

 

"Tahun ini kita fokus pada lima bidang kesehatan dan penyakit. Pertama stroke, kedua stunting, tiga diabetes, empat penyakit jantung vaskuler, dan terutama tuberculosis," ujar Wamenkes Dante Saksono Harbuwono di acara Indonesia Healthcare AI Hackathon di Kementerian Kesehatan, Senin, 13 Oktober 2025.

 

"Dengan menggunakan teknologi AI, kita harapkan penanganan kasusnya lebih mudah, diagnosisnya lebih intensif lagi, sehingga kita bisa mendaftarkan data ini di seluruh Indonesia," sambungnya.

 

 

 

Meningkatkan Akurasi Diagnosis dan Efisiensi

 

​Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) Dante Saksono Harbuwono menegaskan bahwa teknologi berbasis AI akan membuka peluang besar untuk menganalisis data medis dengan lebih cepat dan akurat. Memberikan dampak positif baik bagi pasien maupun tenaga medis.

 

 

Dalam implementasinya, AI akan diterapkan melalui beberapa model kunci, yaitu:

 

1. Sistem Diagnostik Berbasis AI:

 

Berfungsi sebagai asisten canggih bagi tenaga medis, mampu menganalisis citra medis seperti X-ray dan data riwayat pasien untuk memberikan rekomendasi diagnosis yang cepat dan presisi. Kemenkes diketahui telah menjalin kerja sama untuk pemanfaatan AI dalam deteksi penyakit seperti Tuberkulosis (TBC) melalui analisis X-ray dada, sebuah teknologi yang juga dapat dikembangkan untuk diagnosis penyakit paru-paru lainnya.

 

2. ​ Manajemen Data Kesehatan Terintegrasi (SATUSEHAT):

 

AI akan menganalisis data rekam medis elektronik (RME) yang terintegrasi untuk mengidentifikasi pola penyakit, memprediksi potensi wabah, dan membantu perumusan kebijakan kesehatan yang data-driven.

 

 

 

Meski begitu, Wamenkes Dante mengatakan bahwa teknologi AI masih akan melewati beberapa proses melalui evidence based. Nantinya, setelaha itu, tekonologi AI bisa saling terintegrasi dengan platform SATUSEHAT.

 

​"Jadi begini, hasilnya ini harus dilakukan evaluasi dulu dengan menggunakan telah evidence-based medicine. Kalau hasil AI-nya itu sudah masuk ke evidence-based medicine, lalu nanti akan di-evaluasi," ucap Dante.

Tags :
Kategori :

Terkait