MALANG, DISWAYMALANG.ID-- Di tengah maraknya inovasi kuliner yang menggoda lidah, menjaga pola makan sehat kini menjadi tantangan tersendiri bagi masyarakat Indonesia.
Dari gorengan kaki lima hingga minuman manis bertopping melimpah, dunia kuliner Tanah Air terus berkembang. Mmenciptakan godaan visual dan rasa yang sulit dihindari.
Namun di balik kenikmatan itu, ada kesadaran baru yang mulai tumbuh bahwa kesehatan jangka panjang berawal dari piring sendiri.
Godaan Makanan Olahan di Era Kreatif
Tak dapat dipungkiri, kemudahan akses makanan olahan menjadi salah satu penyebab masyarakat sulit mengontrol pola makan.
Makanan berbahan dasar tepung seperti gorengan, roti, dan jajanan cepat saji kini bukan hanya sekadar camilan. Sudah menjadi bagian dari rutinitas harian. Selain murah dan mudah ditemukan, rasa gurih serta tekstur renyahnya membuat siapa pun sulit menolak.
Namun, karbohidrat rafinasi yang terkandung dalam tepung olahan sebenarnya merupakan karbohidrat sederhana yang cepat diserap tubuh, tetapi miskin nutrisi.
Ditambah lagi minyak goreng bekas, bahan pengawet, dan gula berlebih. Kebiasaan ini dapat meningkatkan risiko obesitas, kolesterol tinggi, dan penyakit metabolik lainnya.
Kenyataan ini menimbulkan pertanyaan penting di tengah gaya hidup serba cepat. Seberapa jauh publik Indonesia berupaya menyeimbangkan selera dengan kesehatan?
Survei 2025: Cermin Kesadaran Baru soal Pola Makan Sehat
Menurut hasil survei Jakpat (Mei 2025) yang melibatkan 601 responden lintasgenerasi, mayoritas masyarakat kini mulai berupaya membangun kebiasaan makan yang lebih sehat.
Sebanyak 57 persen responden mengaku rajin mengonsumsi sayur dan buah sebagai langkah utama menjaga kesehatan. Ini menunjukkan adanya kesadaran kolektif akan pentingnya asupan serat dan vitamin alami.
Selain itu, 45 persen masyarakat berkomitmen makan teratur tiga kali sehari. Menandakan pentingnya ritme makan yang seimbang.
36 persen responden menyatakan mengurangi konsumsi gula. Mencerminkan peningkatan kesadaran terhadap risiko diabetes dan penyakit jantung.
19 persen rutin minum air putih, dan 14 persen mulai membatasi asupan karbohidrat berlebih.
13 persen responden sudah mulai memperhatikan label nutrisi pada kemasan makanan. Sedangkan 6 persen aktif menghitung kalori harian mereka.
Meski angkanya belum signifikan, tren ini menggambarkan bahwa generasi muda Indonesia mulai lebih peduli terhadap gizi dan transparansi pangan. Hal yang sebelumnya belum menjadi kebiasaan umum.