Tak Lekang Waktu, Inilah 9 Tradisi Upacara dan Pertunjukan di Jawa Timur yang Masih Dilestarikan

Selasa 12-08-2025,09:45 WIB
Reporter : Elvandha Ayu Fasha Habib Sabil
Editor : Agung Pamujo

Setiap Oktober, Ponorogo menggelar Festival Reog Nasional dan Internasional yang mempertemukan seniman dari seluruh Indonesia bahkan luar negeri, menjadikannya ajang promosi budaya yang mendunia.

9. Tingkeban

Tingkeban adalah ritual keluarga yang lebih sakral dan intim. Tradisi ini dilakukan saat usia kehamilan menginjak tujuh bulan, sebagai bentuk doa untuk keselamatan ibu dan bayi hingga persalinan.

Prosesi dimulai dengan siraman air kembang tujuh rupa oleh tujuh perempuan sepuh yang dipercaya membawa berkah. Kemudian, sang suami memecahkan kelapa gading sebagai simbol keteguhan hati dan harapan kelahiran yang lancar.

Ibu hamil juga mengenakan tujuh lapis kain jarik yang dilepas satu per satu, melambangkan tahap menuju kelahiran. Rujak manis dan tumpeng disajikan kepada tamu, diiringi doa agar anak kelak menjadi pribadi yang baik dan bermanfaat.

BACA JUGA:Hari Gajah Sedunia 12 Agustus, Saat Tepat Kenangan dengan Diah, Si Gajah Viral di Batu Secret Zoo

Meski kini sering dipadukan dengan baby shower modern, inti makna dan doa dalam Tingkeban tetap dipertahankan, bahkan mulai diabadikan dalam foto dan video yang dibagikan di media sosial.

Dengan segala keunikan dan makna yang dikandung, tradisi-tradisi tersebut menjadi bukti bahwa Jawa Timur bukan hanya kaya akan alamnya, tapi juga budaya yang tak ternilai. Melestarikan warisan ini berarti menjaga identitas sekaligus memberikan warisan berharga bagi generasi yang akan datang.

Namun, di tengah perkembangan zaman, pelestarian tradisi menghadapi tantangan. Urbanisasi dan menurunnya minat generasi muda menjadi perhatian serius. Oleh karena itu, sejumlah komunitas memanfaatkan media sosial untuk mendokumentasikan dan mempromosikan tradisi, sehingga bisa dikenal luas tanpa meninggalkan esensi aslinya.

Kategori :