Emas Digital atau Fisik? Preferensi Investasi Publik Indonesia Terkuak Lewat Survei Terbaru

Rabu 23-07-2025,06:47 WIB
Reporter : Tazqia Aulia Zalzabillah
Editor : Tazqia Aulia Zalzabillah

Ancaman siber seperti kebocoran data, termasuk kasus bocornya data E-KTP pada tahun 2023, menjadikan emas fisik sebagai pilihan yang dianggap lebih aman.

Sementara itu, dari kelompok Milenial, sebanyak 59 persen juga lebih memilih emas fisik, sedangkan 41 persen sisanya memilih emas digital. 

Lain halnya dengan Gen X, di mana mayoritas (58 persen) justru cenderung memilih emas digital, dan hanya 43% yang masih memegang emas fisik. 

Sedangkan pada Baby Boomer, sebanyak 71 persen masih bertahan pada pilihan emas fisik, sejalan dengan minimnya keterpaparan mereka terhadap teknologi digital.

BACA JUGA:Baru Semester Dua, Mahasiswa UNMER Ini Sudah Juara Kompetisi di Malaysia!

Emas Masih Jadi Salah Satu Investasi Terfavorit

Minat masyarakat terhadap emas tidak terlepas dari sifatnya sebagai aset yang stabil. 

Dalam survei terpisah oleh KedaiKOPI yang digelar pada 20 Februari hingga 2 Maret 2025 terhadap 900 responden dari berbagai latar belakang, ditemukan bahwa emas baik perhiasan maupun batangan masih menjadi salah satu investasi paling diminati.

Sebanyak 44,4 persen responden mengaku tertarik pada investasi emas, sementara properti menempati posisi teratas dengan persentase 47,3 persen.

Selain emas dan properti, masyarakat juga menunjukkan minat pada saham (32,4 persen), deposito (29,5 persen), reksa dana (19,5 persen), serta instrumen lain seperti obligasi (10,8 persen), kripto (9,1 persen), barang koleksi atau NFT (7,1 persen), dan forex (6,2 persen). 

Namun, masih ada sekitar 5,8 persen responden yang belum menentukan pilihan investasinya.

Kesalahan Umum dalam Investasi Emas

Meski tergolong aman, investasi emas tetap memiliki risiko jika tidak dikelola dengan bijak. 

Berdasarkan artikel dari Business Insider, ada empat kesalahan umum yang sering dilakukan investor emas:

• Menaruh seluruh dana pada emas, sehingga melewatkan potensi dari instrumen lain.

• Berusaha melakukan market timing, padahal emas lebih cocok untuk investasi jangka panjang.

• Mengabaikan biaya tambahan seperti penyimpanan dan transaksi, terutama untuk emas fisik.

• Kurangnya riset terkait penjual, kualitas, dan jenis emas yang dibeli.

Kategori :