Selain dalam hal bahasa, Patricia juga memiliki kompetensi di bidang social media management, content planning dan digital marketing. Kompetensi itu terasah antara lain berkat kesempatan menjadi awardee MSIB Magang Merdeka 2024 di KLY Youniverse dan pernah magang di perusahaan IT sebagai social media officer.
“Salah satu pengalaman paling berkesan adalah ketika saya mengelola media sosial untuk brand besar dan menulis artikel di media online,”katanya.
Judul skripsinya adalah “Double Standards in Praise and Stigma on Physical Appearance on TikTok Social Media: A Face Theory Analysis.” Hasil kajiannya menunjukkan bahwa media sosial masih menyimpan banyak bias terkait tubuh perempuan, dan penting bagi kita untuk membangun kesadaran serta empati dalam berkomentar di ruang digital.
“Misalnya, tubuh besar bisa dipuji pada satu orang tapi dihina pada orang lain,” ujarnya. Ini ia temukan setelah melakukan kajian pada konten dua kreator perempuan, Kak Gem dan Shaza Zhania, yang membahas isu body positivity.
Kini ia bekerja di salah satu startup, Company Astronauts Indonesia, dan tengah membangun karier di bidang digital marketing.
Apakah setelah lulus kuliah akan berhenti belajar dan fokus berkarya?
“Saya ingin terus mengembangkan diri dengan mengikuti kursus bahasa Mandarin dan memperluas wawasan di bidang teknologi dan komunikasi digital,” pungkasnya.
Wow, benar-benar waktu tak boleh lewat begitu saja bagi Patricia, untuk terus belajar dan berkarya.