4. Desain Roadmap Seperti Game Level-Up
Daripada pakai timeline datar (Q1-Q4), coba pakai pendekatan seperti “level game”. Misalnya:
Level 1: Validasi masalah (riset pengguna & MVP)
Level 2: 1.000 pelanggan pertama
Level 3: Retensi dan referral
Level 4: Monetisasi lanjutan dan ekspansi kota
Dengan pendekatan ini, investor bisa melihat bukan sekadar menghabiskan dana, tapi menargetkan milestone yang bisa diukur. Mereka juga lebih mudah mengingat struktur pertumbuhan bisnismu.
Gunakan infografik visual berbentuk tangga atau peta perjalanan (startup journey map).
5. Gunakan Teknik “Anti-Sales” Saat Menjawab Risiko
Alih-alih menghindari pertanyaan sulit seperti: “Kenapa belum profit?” atau “Kenapa belum punya developer tetap?”, justru hadapi dengan pendekatan transparan dan taktis. Jawaban jujur + rencana mitigasi lebih dihargai daripada janji palsu.
Investor akan lebih percaya jika bilang, “Kami sadar saat ini burn rate masih tinggi karena kami mengoptimasi akuisisi awal. Tapi Q3 akan difokuskan pada retention dan penyesuaian CAC.”
Buat satu slide atau tabel berisi: 3 kelemahan utama bisnis + langkah mitigasinya.
6. Buat Komparasi Kompetitor yang Elegan dan Tidak Merendahkan
Investor tahu bahwa hampir semua ide itu punya pesaing. Hindari mengatakan "kami tidak punya kompetitor" karena itu sinyal kurang riset. Tapi jangan juga menyerang kompetitor secara kasar.
Coba tampilkan perbandingan berbentuk matriks atau grafik “value vs cost”. Tunjukkan keunggulan secara objektif, misalnya: fitur lebih sederhana, onboarding lebih cepat, atau segmentasi pasar berbeda.
Siapkan dua versi: slide umum untuk semua investor dan slide mendalam (dengan studi kasus kompetitor) untuk pitching 1-on-1.