LOWOKWARU, DISWAYMALANG.ID-- Henti jantung (cardiac arrest) adalah salah satu penyebab utama kematian mendadak di dunia, termasuk di Indonesia.
Kondisi ini memerlukan penanganan yang cepat dan tepat untuk menyelamatkan nyawa.
Kesadaran inilah yang mendorong Dosen Keperawatan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Indah Dwi Pratiwi,S.Kep.,Ns .,MNg. (ist) untuk melakukan penelitian terkait pengaruh pelatihan Basic Life Support (BLS) terhadap peningkatan pengetahuan siswa sekolah menengah atas (SMA).
Menurut Indah, Tanggung jawab untuk memberikan pertolongan pertama tidak hanya terletak pada tenaga medis. Tetapi juga pada orang awam, termasuk para siswa.
Suasana pelatihan keselamatan oleh UMM kepada anak SMA Negeri 2 Malang--Humas UMM
“Pengetahuan tentang Bantuan Hidup Dasar (BLS) adalah kunci dalam menangani kasus henti jantung. Dengan pelatihan yang tepat, siswa SMA bisa menjadi garda terdepan untuk memberikan pertolongan pertama di komunitas mereka,” katanya menjelaskan.
Ia juga menjelaskan, henti jantung merupakan kondisi medis serius yang terjadi secara tiba-tiba dan membutuhkan intervensi darurat untuk mencegah kematian atau kecacatan permanen.
Data global menunjukkan bahwa sebagian besar kasus henti jantung terjadi di luar rumah sakit. Di mana akses terhadap bantuan medis profesional sering kali terlambat.
Oleh karena itu, keterlibatan masyarakat, termasuk siswa SMA, sangat penting.
“Dengan melatih siswa SMA, kita tidak hanya meningkatkan pengetahuan mereka, tetapi juga memperkuat kesiapan masyarakat secara keseluruhan,” tambahnya.
Pelatihan Awal: 32 Siswa
Penelitian ini menggunakan desain kuantitatif quasi-eksperimen dengan pendekatan cross-sectional untuk mengevaluasi efektivitas pelatihan BLS terhadap perubahan pengetahuan siswa SMA.
Sebanyak 32 siswa dilibatkan sebagai responden menggunakan teknik total sampling. Di mana seluruh siswa yang memenuhi kriteria dimasukkan ke dalam penelitian.
Pelatihan yang diberikan meliputi materi teori dan praktik terkait Bantuan Hidup Dasar. Termasuk resusitasi jantung paru (CPR), penggunaan Automated External Defibrillator (AED), dan langkah-langkah lain yang relevan dalam menangani henti jantung.
Sebelum pelatihan, siswa diberikan pre-test untuk mengukur tingkat pengetahuan awal mereka. Setelah pelatihan selesai, mereka kembali diuji melalui post-test untuk mengukur efektivitas pelatihan.